4 Nostra Aetate Art. 1 : Gereja Katolik memandang pentingnya agama dalam kehidupan manusia. Pandangan Gereja Katolik itu dirumuskan dalam Nostra Aetate Art. 1 (Nostra Aetate : dokumen Gereja dari Konsili Vatikan II yang mengajarkan pandangan tentang hubungan antar agama).: (isinya) : 1. Agama-agama memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan manusia tentang asal dan tujuan hidup nya, makna
Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 97 orang. 4 Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik. 5 Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang. 6 Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. 7 Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. 8 Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. 9 Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya. Kitab Suci Perjanjian Baru Matius 59, 21 - 25 9 Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. 21 Kamu telah mendengar yang diirmankan kepada nenek moyang kita Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 22 Tetapi Aku berkata kepadamu Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya Kair harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata Jahil harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. 23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, 24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. 98 Kelas XII SMASMK Semester 1 Roma 51-21 1 Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. 2 Oleh Dia kita juga beroleh jalan masuk oleh iman kepada kasih karunia ini. Di dalam kasih karunia ini kita berdiri dan kita bermegah dalam pengharapan akan menerima kemuliaan Allah. 3 Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, 4 dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. 5 Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita. 6 Karena waktu kita masih lemah, Kristus telah mati untuk kita orang-orang durhaka pada waktu yang ditentukan oleh Allah. 7 Sebab tidak mudah seorang mau mati untuk orang yang benar tetapi mungkin untuk orang yang baik ada orang yang berani mati 8 Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. 9 Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah- Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. 10 Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya 11 Dan bukan hanya itu saja Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu. 12 Sebab itu, sama seperti dosa telah masuk ke dalam dunia oleh satu orang, dan oleh dosa itu juga maut, demikianlah maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa. 13 Sebab sebelum hukum Taurat ada, telah ada dosa di dunia. Tetapi dosa itu tidak diperhitungkan kalau tidak ada hukum Taurat. 14 Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang. 15 Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. 16 Dan Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 99 kasih karunia tidak berimbangan dengan dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. 17 Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. 18 Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. 19 Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar. 20 Tetapi hukum Taurat ditambahkan, supaya pelanggaran menjadi semakin banyak; dan di mana dosa bertambah banyak, di sana kasih karunia menjadi berlimpah-limpah, 21 supaya, sama seperti dosa berkuasa dalam alam maut, demikian kasih karunia akan berkuasa oleh kebenaran untuk hidup yang kekal, oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. 3 Pendalaman Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. a Apa pesan perdamaian yang diwartakan dalam teks Kitab Suci Perjanjian Lama Yesaya 111-9? b Apa pesan perdamaian yang diwartakan dalam teks-teks Kitab Suci Perjanjian Baru Matius 59, 21-25, Roma 51-21? b. Ajaran Gereja tentang Perdamaian dan Persatuan 1 Simaklah Ajaran Gereja berikut ini. “Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan orang- orang zaman sekarang, terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, merupakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan para murid Kristus juga. Tiada sesuatu pun yang sungguh manusiawi, yang tak bergema di hati mereka. Sebab persekutuan mereka terdiri dari orang-orang, yang dipersatukan dalam Kristus, dibimbing oleh Roh Kudus dalam peziarahan mereka menuju Kerajaan Bapa, dan telah menerima warta keselamatan untuk disampaikan kepada semua orang. Maka persekutuan mereka itu mengalami dirinya sungguh erat berhubungan dengan umat manusia serta sejarahnya”. GS 1 100 Kelas XII SMASMK Semester 1 “Damai tidak melulu berarti tidak ada perang, tidak pula dapat diartikan sekedar menjaga keseimbangan saja kekuatan-kekuatan yang berlawanan. Damai juga tidak terwujud akibat kekuasaan diktatorial. Melainkan dengan tepat dan cermat disebut “hasil karya keadilan” Yes 3217. Damai merupakan buah hasil tata tertib, yang oleh Sang Pencipta ilahi ditanamkan dalam masyarakat manusia, dan harus diwujudkan secara nyata oleh mereka yang haus akan keadilan yang makin sempurna. Sebab kesejahteraan umum bangsa manusia dalam kenyataan yang paling mendasar berada di bawah hukum yang kekal. Tetapi mengenai tuntutannya yang konkrit perdamaian tergantung dari perubahan-perubahan yang silih berganti di sepanjang masa. Maka tidak pernah tercapai sekali untuk seterusnya, melainkan harus terus menerus dibangun. Kecuali itu, karena kehendak manusia mudah goncang, terlukai oleh dosa, usaha menciptakan perdamaian menuntut, supaya setiap orang tiada hentinya mengendalikan nafsu-nafsunya, dan memerlukan kewaspadaan pihak penguasa yang berwenang. Akan tetapi itu tidak cukup. Perdamaian itu di dunia tidak dapat di capai, kalau kesejahteraan pribadi-pribadi tidak di jamin, atau orang-orang tidak penuh kepercayaan dan dengan rela hati saling berbagi kekayaan jiwa maupun daya cipta mereka. Kehendak yang kuat untuk menghormati sesama dan bangsa-bangsa lain serta martabat mereka begitu pula kesungguhan menghayati persaudaraan secara nyata mutlak untuk mewujudkan perdamaian. Demikianlah perdamaian merupakan buah cinta kasih juga, yang masih melampaui apa yang dapat di capai melalui keadilan. Damai di dunia ini, lahir dari cinta kasih terhadap sesama, merupakan cermin dan buah damai Kristus, yang berasal dari Allah Bapa. Sebab Putera sendiri yang menjelma, Pangeran damai, melalui salib-Nya telah mendamaikan semua orang dengan Allah. Sambil mengembalikan kesatuan semua orang dalam satu bangsa dan satu Tubuh, Ia telah membunuh kebencian dalam Daging- Nya sendiri, dan sesudah di muliakan dalam kebangkitan-Nya Ia telah mencurahkan Roh cinta kasih ke dalam hati orang-orang. Oleh karena itu segenap umat kristen dipanggil. Dengan mendesak, supaya “sambil melaksanakan kebenaran dalam cinta kasih” Ef 415, menggabungkan diri dengan mereka yang sungguh cinta damai, untuk memohon dan mewujudkan perdamaian. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 101 Digerakkan oleh semangat itu juga, kami merasa wajib memuji mereka, yang dapat memperjuangkan hak-hak manusia menolak untuk menggunakan kekerasan, dan menempuh upaya-upaya pembelaan, yang tersedia pula bagi mereka yang tergolong lemah, asal itu dapat terlaksana tanpa melanggar hak-hak serta kewajiban-kewajiban sesama maupun masyarakat. Karena manusia itu pendosa, maka selalu terancam, dan hingga kedatangan Kristus tetap akan terancam bahaya perang. Tetapi sejauh orang-orang terhimpun oleh cinta kasih mengalahkan dosa, juga tindakan-tindakan kekerasan akan diatasi, hingga terpenuhilah Sabda “Mereka akan menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak, dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas. Bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang” Yes 24. 2 Pendalaman Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. a Apa pesan dari Ajaran Gereja Katolik yang termuat dalam Gaudium et Spes artikel 1 dan artikel 78? b Apa upaya kita untuk mewujudkan perdamaian dan persatuan sesuai ajaran gereja? c Apa penilaianmu terhadap peran Gereja Katolik di Indonesia dalam rangka menciptakan perdamaian dan kesatuan bangsa? 3. Upaya Gereja Katolik untuk Membangun Perdamian dan Persatuan Bangsa Indonesia. a. Mengamati peran Gereja Katolik dalam upaya menciptakan perdamaian dan persatuan. 1 Menelusuri peran Gereja Katolik Indonesia Gereja Katolik Indonesia sepanjang sejarah keberadaannya ikut berperan aktif dalam membangun perdamaian dan persatuan masyarakat di negara yang kita cintai ini. Para Bapak Uskup sebagai pimpinan Gereja lokal partikular, beserta perangkat keuskupan dan umatnya, berjuang bersama sesama warga masyarakat lainnya untuk menciptakan perdamaian dan persatuan. Cobalah engkau temukan upaya apa saja yang sudah di lakukan Gereja Katolik di keuskupanmu pada khususnya, dan Gereja Katolik di Indonesia pada umumnya untuk mewujudkan perdamaian dan persatuan bangsa. 102 Kelas XII SMASMK Semester 1 2 Menyimak kisah dari Keuskupan Ambon a Simaklah artikel berikut ini. Uskup Amboina Berpekiklah, Maluku Sudah Damai Sekarang AMBON, - Uskup Diosis Amboina, Mgr PC. Mandagi, menyerukan orang Maluku harus memanfaatkan perayaan Hari Perdamaian Dunia untuk memekikkan bahwa daerah Maluku benar-benar sudah damai. “Momentum strategis untuk menunjukkan kepada dunia, bahwa Maluku sudah damai dan bertekad memelihara kedamaian abadi sehingga tidak terjadi konlik komunal sebagaimana pada 19 Januari 1999,” katanya, di Ambon, Rabu. Pekik kedamaian itu, katanya, seharusnya juga direalisasikan dengan menerapkan rasa keadilan dalam berbagai sektor kehidupan. ”Jangan damai hanya di bibir, diucapkan, atau disosialisasikan, tapi realisasinya hanya sesaat atau demi kepentingan tertentu sehingga mubazir kembali,” katanya. Oleh karena itu, orang Maluku harus bangga karena kota Ambon dipercaya sebagai tuan rumah perayaan Hari Perdamaian Dunia dengan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. “Rasanya damai di hati dan di bumi Maluku terealisasi bila kita hidup dalam bingkai budaya ’pela dan gandong’ sebagai warisan leluhur yang menjunjung tinggi jalinan kehidupan antarumat beragama,” ujarnya. Dia juga menyerukan orang Maluku agar siap memerangi warga sendiri yang sering bertindak sebagai provokator untuk memperkeruh stabilitas keamanan hanya karena tergiur uang atau kepentingan kekuasaan sesaat. “Saya mengindikasikan ada juga oknum pemimpin agama, elite pejabat, elite politik, elite TNIPolri, dan elite pemuda yang sering melakukan tindakan tidak terpuji yang memperkeruh stabilitas keamanan,” katanya. Ia mengajak semua komponen bangsa di Maluku agar bangga karena dipercaya untuk pertama kalinya di Indonesia sebagai tuan rumah perayaan Hari Perdamaian Dunia. “Disemangati budaya hidup sebagai orang basudara ternyata mampu berdamai dengan cepat Sumber Diakses pada tanggal 16 Juni 2014 Gambar Mgr. Mandagi
BeliAjaran Gereja Katolik Tentang Hidup dan Perlindungannya di Hosanna BookStore. Promo khusus pengguna baru di aplikasi Tokopedia! Download Tokopedia App. Tentang Tokopedia Mitra Tokopedia Mulai Berjualan Promo Tokopedia Care. Kategori. Masuk Daftar. jaket pria case iphone 12 redmi note 9 ps
A. Keberagaman sebagai Realitas Asali Kehidupan Manusia Kompetensi Dasar Bersyukur atas kemajemukan bangsa Indonesia sebagai anugerah Allah. Cinta damai di tengah kemajemukan bangsa Indonesia. Memahami kemajemukan bangsa Indonesia sebagai anugerah Allah. Melakukan aktivitas misalnya menuliskan refl eksi/doa/puisi/rangkuman/ membuat kliping berita dan gambar tentang kemajemukan bangsa Indonesia sebagai anugerah Allah. Indikator 1. Menjelaskan keberagaman, kemajemukan bangsa Indonesia berdasarkan semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika. 2. Menjelaskan peluang-peluang dan tantangan realitas keberagaman pada bangsa Indonesia. 3. Menganalisis ajaran Kitab Suci tentang keberagaman manusia menurut Yoh 4 1-42. 4. Menganalisis ajaran Gereja tentang keberagaman manusia berdasarkan Nostra Aetate dan Gaudim et Spes Bahan Kajian 1. Keberagaman/kemajemukan bangsa Indonesia Bhinneka Tunggal Ika. 2. Peluang-peluang dan tantangan realitas keberagaman pada bangsa Indonesia. 3. Keberagaman umat manusia dalam ajaran Kitab Suci Kej 35 1-15; Yoh 4 1-42. 4. Suku-suku dan agama-agama yang ada di Indonesia. 5. Upaya-upaya membangun semangat kesatuan dan persatuan dalam masyarakat yang majemuk. Sumber Belajar 1. Konferensi Waligereja Indonesia KWI. 1996. Iman Katolik. Kanisius Yogyakarta. 2. A. Heuken, SJ. 1991. Ensiklopedi Gereja. Cipta Loka Caraka Jakarta. 3. Alex Lanur. 1995. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka. Kanisius Yogyakarta. 4. Dr. P. Hardono Hadi. 1994. Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila. Kanisius Yogyakarta, 1994. 5. Kitab Suci Alkitab. 6. Pengalaman peserta didik tentang hidup dalam masyarakat majemuk. Pendekatan Saintifi k dan kateketis. Metode Cerita, pengamatan, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Sarana 1. Peta penduduk Indonesia. 2. Burung Garuda Pancasila Lambang Negara. 3. Kitab Suci Alkitab. 4. Buku Siswa kelas XII Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti. Waktu 3 x 45 menit. Pemikiran Dasar Dalam Kamus Besar Bahasa Iindonesia KBBI, Keragaman berasal dari kata ragam, yang berarti 1 sikap, tingkah laku, cara; 2 macam, jenis; 3 musik, lagu, langgam; 4 warna, corak; 5 laras tata bahasa, keragaman menunjukkan adanya banyak macam. Sedangkan keragaman sendiri berarti perihal berjenis-jenis atau beragam-ragam atau suatu keadaan yang beberagam-ragam-beragam-ragam. Keberagam-ragaman secara umum adalah suatu kondisi di mana terdapat perbedaan-perbedaan di dalam masyarakat di berbagai bidang seperti suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi dan politik, adat dan kesopanan, sosial dan ekonomi. Unsur-unsur keragaman dalam masyarakat antara lain; suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi dan politik, adat dan tatakrama, kesenjangan ekonomi dan sosial. Suku bangsa dan ras yang menempati wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke sangatlah beragam. Dari keragaman tersebut ada perbedaan ras yang dapat terlihat dari ciri-ciri biologis lahiriah seperti rambut, warna kulit, ukuran tubuh, mata, ukuran kepala, dan lain sebagainya. Suku bangsa yang ada di Indonesia lebih dari 300 macam. Sedangkan ras yang ada di Indonesia antara lain ras mongoloid yang terdapat di bagian Barat Indonesia dan ras austroloid yang terdapat di sebelah Timur Indonesia. Tentu saja bahwa manusia tidak bisa memilih agar dilahirkan di suku atau bangsa tertentu. Karena itu, manusia tidak pantas membanggakan dirinya Agama dan keyakinan mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi trasendensi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat ditangkap dengan panca indra. Namun juga kekuatan gaib itu berdiam di dalam diri manusia imanen, yang hanya bisa dirasakan kekuatannya. Dalam kenyataannya fungsi agama dalam masyarakat antara lain adalah berfungsi edukatif ajaran agama secara hukum berfungsi menyuruh dan melarang, berfungsi penyelamat, berfungsi sebagai perdamaian, berfungsi sebagai kontrol sosial, berfungsi sebagai pemupuk rasa solidaritas, berfungsi transformatif, dan sebagainya. Di Indonesia, agama merupakan unsur yang sangat penting dan terdapat enam agama yang diakui, hal itu merupakan bukti adanya keragaman dalam hal agama atau kepercayaan. Adapun terhadap keragaman manusia dalam hal kepercayaan, sikap, dan perilakunya, manusia tidak dipandang sederajat. Ada yang mulia dan ada yang hina, bergantung pada kadar ketakwaannya. Ideologi dan politik; Ideologi adalah suatu istilah umum bagi sebuah gagasan yang berpengaruh kuat terhadap tingkah laku dalam situasi khusus karena merupakan kaitan antara tindakan dan kepercayaan yang fundamental. Sedangkan politik bermakna usaha dalam menegakkan ketertiban sosial. Fungsi ideologi adalah untuk memperkuat landasan moral dalam suatu tindakan. Adanya banyak partai di Indonesia merupakan bukti keragaman dalam hal ideologi dan politik. Namun pada kenyataannya Indonesia hanya mengakui Pancasila sebagai satu-satunya ideologi. Tata krama; yang berarti adat istiadat, sopan santun, pada dasarnya ialah segala tindakan, perilaku, adat istiadat, tegur sapa, ucap dan cakap sesuai kaidah atau norma tertentu. Tata krama dibentuk dan dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri dan diharapkan akan terjadi interaksi sosial yang tertib dan efektif di dalam masyarakat itu sendiri. Kesenjangan ekonomi dan sosial; Indonesia merupakan negara berkembang di mana masalah perekonomian diperhatikan agar dapat meningkat. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam tingkat, pangkat, golongan, dan strata sosial. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa terdapat penggolongan orang berdasarkan status sosial. Indonesia adalah negara dengan struktur masyarakat yang majemuk dan memiliki banyak keragaman dalam banyak hal. Keragaman tersebut dapat mempengaruhi kehidupan kita. Banyak pengaruh yang timbul karena adanya keragaman, diantaranya adalah 1 di dalam kelompok-kelompok sering terjadi segmentasi karena memiliki kebudayaan yang berbeda; 2 struktur sosial terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang bersifat non komplementer; 3 kurang adanya pengembangan konsensus di antara para anggota masyarakat tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar; 4 secara relatif sering terjadi konfl ik di antara kelompok yang satu dengan yang lainnya, karena adanya perbedaan; 5 secara relatif integrasi sosial tumbuh atas paksaan dan saling ketergantungan di dalam bidang ekonomi; 6 adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain. Selain pengaruh di atas, jika keterbukaan dan kedewasaan sikap dikesampingkan, besar kemungkinan tercipta masalah-masalah yang menggoyahkan persatuan dan kesatuan bangsa seperti 1 terjadinya disharmonisasi, di mana tidak ada penyesuaian atas keragaman antara manusia dengan dunia lingkungannya; 2 terjadi diskriminasi terhadap suatu kelompok masyarakat tertentu yang akan memunculkan masalah yang lain, yaitu kesenjangan dalam berbagai bidang yang merugikan kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; 3 terjadi eksklusivisme, rasialis, bersumber dari superioritas diri, alasannya dapat bermacam-macam, antara lain keyakinan bahwa secara kodrati ras/sukunya kelompoknya lebih tinggi dari ras/suku/kelompok lain, menganggap kelompok lain derajatnya lebih rendah dari pada kelompoknya sendiri. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negatif dari keragaman, yaitu 1 semangat religius; 2 semangat nasionalisme; 3 semangat pluralisme; 4 semangat humanisme; 5 dialog antar umat beragama; 6 membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfi gurasi hubungan antaragama, media massa, dan harmonisasinya. Problematika yang sedang dialami bangsa Indonesia saat ini adalah adanya gejala diskriminasi dalam masyarakat yang beragam. Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atau sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status, kelas sosial ekonomi, jenis kelamin, kondisi fi sik, usia, orientasi seksual, pandangan ideologi, dan politik. Tentu saja kondisi ini bertolak belakang dengan semangat kebangsaan kita sebagaimana ditegaskan dalam pasal 28 ayat 2 UUD 1945 bahwa “Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu”. Sangat jelas sekali bahwa setiap orang mendapat perlindungan saat dia mendapat perlakuan diskriminatif. Meskipun begitu diskriminasi masih terjadi di berbagai belahan dunia, dan prinsip non diskriminasi harus mengawali kesepakatan antarbangsa untuk dapat hidup dalam kebebasan, keadilan, dan perdamaian. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama, diceritakan bahwa Bangsa Terpilih sering kali menghayati rasa satu bangsa, satu Tuhan, satu negeri, satu tempat ibadat, dan satu tata hukum 12. Dari sejarahnya, ternyata ketika mereka bersatu, mereka menjadi kuat, sanggup mengalahkan musuh dan menjadikan dirinya bangsa yang jaya. Namun, ketika mereka tidak bersatu, mereka menjadi bangsa yang tidak berdaya dan tiap kali secara gampang dikalahkan oleh musuh-musuh mereka. Kitab Suci menceritakan bahwa ketika mereka dari Mesir memasuki tanah Kanaan di bawah pimpinan Yosua, mereka sungguh bersatu dan dapat merebut Tanah Terjanji itu. bdk. Yos 6 1-15, 63. Ketika mereka sudah menempati Tanah Terjanji yang dibagi menurut suku-suku keturunan Yakub, maka mereka lama-kelamaan terpecah dan menjadi lemah. Pada saat-saat itu, mereka menjadi lemah dan gampang dikalahkan oleh musuh-musuh mereka. Mereka pernah bersatu di bawah pimpinan raja Daud dan menjadi bangsa yang kuat dan jaya. Kemudian mereka terpecah lagi dan menjadi lemah. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, dikisahkan bahwa ketika saat Mesias datang, umat Israel telah terpecah belah. Ketika Yesus ingin mempersatukan mereka dalam suatu Kerajaan dan Bangsa yang baru yang bercorak rohani, Yesus mengeluh bahwa betapa sulit untuk mempersatukan bangsa ini. Mereka seperti anak-anak ayam yang kehilangan induknya bdk. Mat 23 37-38. Yesus bahkan berusaha untuk menyapa suku yang dianggap bukan Yahudi lagi seperti orang-orang Samaria. Kita tentu masih ingat akan sapaan dan dialog Yesus dengan wanita Samaria di sumur Yakub. Pada pelajaran ini, peserta didik dibimbing untuk memahami dan menghayati makna dan hakikat keberagaman sebagai realitas asali kehidupan manusia, khususnya dalam keberagaman atau kemajemukan hidup bangsa Indonesia sesuai semangat injili yaitu semangat Yesus sendiri. Kegiatan Pembelajaran Guru mengajak peserta didik untuk mengawali kegiatan pembelajaran dengan doa. Doa Pembuka Allah, Bapa kami, Engkau telah menciptakan alam semesta sebagai kediaman bagi umat manusia. Tatkala umat pilihan-Mu hidup terlunta-lunta di pengasingan, Engkau membebaskan mereka dan mengantar ke tanah terjanji. Tanah air yang subur dan berlimpahan susu serta madu. Engkau pun memberikan tanah air kepada kami. Bapa, kami bersyukur atas tanah air kami yang luas dengan isinya yang beraneka ragam lautan dengan ribuan pulau, gunung dan daratan, hutan dan belantara; semuanya menyemarakkan tanah air kami. Kami bersyukur atas ratusan suku dan aneka budaya serta bahasa yang Kau himpun menjadi satu bangsa dan satu bahasa. Kami mohon berkat-Mu bagi semua yang mendiami tanah air ini. Semoga kami semua berusaha memelihara dan memajukannya. Bebaskanlah tanah air kami dari bahaya bencana alam, kelaparan, perang, dan wabah penyakit. Semoga kami semua tekun membangun tanah air kami demi kemakmuran dan kesejahteraan seluruh bangsa. Bantulah kami mewujudkan tanah air yang adil, makmur, aman, damai, dan sejahtera, sehingga tanah air yang kami diami di dunia ini selalu mengingatkan kami akan tanah air surgawi, tempat kami akan berbahagia abadi bersama Dikau. Semua ini kami sampaikan kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin. PS 194 Langkah Pertama Mengamati Keanekaragaman dan Kesatuan Bangsa Indonesia 1. Mengamati gambar Guru mengajak peserta didik untuk memperhatikan gambar-gambar yang ada pada buku siswa, halaman 82. 2. Pendalaman a. Guru mengajak peserta didik untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan pengamatan mereka terhadap gambar-gambar tersebut. b. Pertanyaan-pertanyaan untuk didiskusikan, misalnya 1 Apa semboyan yang terdapat pada “Burung Garuda” itu? 2 Apa arti semboyan tersebut? 3 Sebutkan aneka perbedaan dan contoh kebhinnekaan yang ada di Indonesia! 4 Dari mana asal keanekaan itu? 5 Bagaimana cara kita menerapkan, menghayati semboyan negara kita dalam hidup sehari-hari? c. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, guru memberikan beberapa buku referensi untuk digali bersama dalam diskusi kelompok. Misalnya buku-buku dari mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PPKn. Apabila memungkinkan peserta didik mewawancarai guru bidang studi PPKn atau yang sejenisnya dan mengakses internet sekolah untuk membaca informasi tentang keberagaman di Indonesia atau hal-hal yang terkait dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut. d. Guru meminta setiap kelompok menyampaikan hasil diskusinya masing-masing. Setiap kelompok dapat bertanya atau menanggapi laporan hasil diskusi kelompok lainnya. 3. Peneguhan Guru memberikan penjelasan setelah peserta didik melaporkan hasil diskusi kelompoknya. a. Menyadari Keanekaan Kita Kemajemukan adalah ciri asli dari kehidupan manusia di dunia ini. Tuhan menciptakan umat manusia dalam keperbedaan yang tak terhindarkan. Maka, kemajemukan merupakan keadaan yang tak terhindarkan. Orang harus belajar mengambil sikap yang tepat dan belajar bertindak secara arif untuk biasa hidup dan membangun masyarakat dalam keanekaan. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk. Kemajemukan ini tampak dalam berbagai bentuk, antara lain agama, suku, bahasa, adat-istiadat, dan sebagainya. Contoh keanekaragaman ini dapat disebut lebih banyak lagi. Namun, hal yang terpenting ialah menyadari bahwa bangsa Indonesia ini adalah bangsa yang multikultur bukan suatu bangsa monokultur. b. Menyadari Kesatuan Kita Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural yang berciri keanekaragaman dalam aspek-aspek kehidupan. Keanekaragaman itu juga diterima dan dihayati dalam satu kesatuan sebagai bangsa. Suku yang berasal dari ribuan pulau dengan budaya, adat-istiadat, bahasa, dan agama yang berbeda-beda, semuanya mengikrarkan diri sebagai satu bangsa, satu bahasa, dan satu tanah air Indonesia. Bangsa Indonesia yang berbeda-beda selain diikat oleh satu sejarah masa lampau yang sama, yakni penjajahan oleh bangsa asing dalam kurun waktu yang panjang, juga diikat oleh satu cita-cita yang sama yakni membangun masa depan bangsa yang berketuhanan, berperikemanusiaan, bersatu, berkeadilan, dan berdaulat. Berdasarkan pemahaman seperti itu, maka setiap individu mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Suku yang satu tidak lebih unggul dari suku lain, agama yang satu tidak mendominasi agama lain. Kodrat bangsa Indonesia memang berbeda-beda dalam kesatuan. Hal tersebut dirumuskan dengan sangat bijak dan tepat oleh bangsa Indonesia, yakni “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti beraneka ragam atau berbeda-beda namun satu. Kenyataannya keberadaan bangsa Indonesia memang berbeda-beda namun tetap satu bangsa. Bangsa yang utuh dan bersatu serta yang berbeda-beda itu adalah saudara sebangsa dan setanah air. Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober 1928 menegaskan kita adalah satu nusa, satu bangsa, satu bahasa Indonesia. c. Kesatuan Tidak Sama dengan Keseragaman Dalam sejarah bangsa kita terdapat gejala-gejala dari rezim tertentu ORBA yang mencoba menekan keanekaragaman bangsa ini dan mencoba menggiring bangsa kita kepada keseragaman demi stabilitas. Kebhinnekatunggalikaan itu bukan hal yang sudah selesai, tuntas sempurna, dan statis, tetapi perlu terus-menerus dipertahankan, diperjuangkan, diisi, dan diwujudkan terus-menerus. Menjaga kebhinnekaan, keutuhan, kesatuan, dan keharmonisan kehidupan merupakan panggilan tugas bangsa Indonesia. Keberagaman adalah kekayaan, sedang kesatuan persaudaraan sejati adalah semangat dasar. Kehidupan yang berbeda-beda itu harus saling menyumbang dalam kebersamaan dan kesejahteraan bersama. Langkah Kedua Mendalami Tantangan terhadap “Bhinneka Tunggal Ika” 1. Menelusuri kasus-kasus a. Guru mengajak peserta didik menemukan beberapa kasus dalam kehidupan masyarakat kita yang mencerminkan bahwa ada orang-orang atau kelompok tertentu yang dalam perilaku/tindakannya masih jauh dari semangat bhinneka tunggal ika. b. Guru mengajak peserta didik untuk menyimak cerita berikut ini. Diserang Saat Ibadat Rosario Jakarta Komisi Nasional Hak Asasi Manusia mengecam penyerangan terhadap sekumpulan umat Katolik yang sedang menggelar ibadat Rosario dalam rangka penghormatan terhadap Bunda Maria di kediaman Direktur Galang Press, Julius Felicianus, di Desa Tanjungsari, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Kamis 29/5/14 malam. “Kami mengecam keras tindakan intoleransi yang dilakukan segelintir kelompok yang merusak sendi-sendi kehidupan berbhinneka dan berbangsa plural. Kami meminta aparat kepolisian mengusut secepatnya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan diproses secara hukum agar tindakan yang sama tidak merembes ke tempat-tempat lain di tengah tingginya tensi politik saat ini,” tandas Komisoner Komnas HAM Natalius Pigai dalam pesan singkatnya yang diterima Media Indonesia di Jakarta, Jumat 30/5/2014. Menurut Natalis, tindakan pembubaran, perusakan, dan pemukulan kepada umat Katolik itu telah mencederai prinsip penghormatan terhadap hak beribadah dan berkeyakinan agama yang dianut berdasarkan Kovenan PBB tentang Hak Sipil dan Politik Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999, dan Pancasila. “Kita memegang prinsip yang sama yaitu Undang-Undang Dasar 1945 yang secara substansial mengandung nilai adagium Bhineka Tunggal Ika yang menjadi modal persatuan dan kesatuan bangsa kita. Ini harus diusut tuntas,” tegasnya. Seperti diberitakan, rumah Direktur Penerbitan Galang Press Julius Felicianus diserang dan dirusak oleh sekelompok orang berjubah putih. Penyerangan terjadi ketika rumah tersebut dipakai untuk ibadat doa Rosario, sebagai bentuk penghormatan Umat Katolik terhadap Bunda Maria. Saat penyerangan Julius menjadi bulan-bulanan kelompok penyerang. Menurut Julius, para penyerang datang menggunakan sepeda motor. Kepala Julius dipukul menggunakan besi dan pot bunga. Tak hanya Julius, ibu-ibu yang sedang menjalankan ibadah pun dipukul. Tak luput dari penyerangan itu, seorang wartawan Kompas TV, Michael Ariawan, juga menjadi korban pemukulan. Jco Pendalaman/Diskusi a. Guru mengajak peserta didik untuk merumuskan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan cerita yang telah didengar atau dibacanya. b. Guru mengajak peserta didik untuk berdialog mendalami isi/pesan cerita tersebut, misalnya dengan pertanyaan-pertanyaan berikut 1 Bagaimana perasaanmu ketika membaca atau mendengar cerita itu? 2 Menurut kamu, peristiwa Pak Julius ini termasuk peristiwa apa? 3 Sebutkan dan jelaskan beberapa peristiwa bentrokan atau kerusuhan antarsuku lainnya yang pernah terjadi di Tanah Air! 4 Apakah ada tindakan-tindakan dari anak-anak bangsa ini yang dapat menimbulkan bahaya disintegrasi terhadap negara kita? Berikan contoh tindakan tersebut! 5 Mengapa dapat terjadi bentrokan antarsuku dan antarpenganut agama? 3. Peneguhan Setelah peserta didik berdiskusi tentang kasus intoleransi yang terjadi di masyarakat, guru memberi penjelasan sebagai masukan kepada peserta didik, sebagai berikut; a. Kasus kekerasan bernuansa agama menimpa bapak Julius Felicianus dan sejumlah umat katolik yang sedang berdoa rosario di Desa Tanjungsari, Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman, Kamis 29/5/14. Kasus tersebut menunjukkan bahwa ada kelompok tertentu, sesama anak bangsa yang belum menghayati keberagaman atau pluralitas, yang menjadi ciri hakiki bangsa Indonesia. b. Indonesia, salah satu negara dengan keanekaragaman budaya, bahasa, agama, dan lain sebagainya. Namun, tidak jarang kita melihat perbedaan itu menjadi salah satu alasan adanya kekerasan di negeri ini. Mulai dari isu suku, agama, dan lain-lain. Pribadi atau kelompok tertentu di negeri ini yang intoleran atau tidak toleran cenderung menggunakan cara-cara kekerasan, entah melalui teror, penganiayaan, perusakan fasilitas rumah ibadat. Mereka berpikir bahwa seolah-olah kelompok mereka yang paling benar. c. Salah satu alasan ialah bahwa ada suku/daerah atau pemeluk agama tertentu merasa diperlakukan secara tidak adil. Jika orang, suku, etnis, atau pemeluk agama
1Ajaran Sosial Gereja tentang Orang Miskin Norbertus Jegalus Pendahuluan Tahun ini kita merayakan secara khusus sebagai Tahun Injil Orang Miskin. Ini Author: Glenna Pranoto. 32 downloads 198 Views 356KB Size. Report. DOWNLOAD PDF. Recommend Documents. PELAJARAN 12 AJARAN SOSIAL GEREJA .
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. PENGANTAR “Satu perangkat kepercayaan dan tindakan yang diikuti oleh mereka yang berkomitmen untuk melayani dan menyembah Allah. Perintah pertama menuntut kita untuk percaya pada Tuhan, untuk menyembah dan melayani Dia, sebagai tugas pertama dari kebajikan agama.” Dari definisi ini, maka kita melihat bahwa agama mengajarkan satu perangkat kepercayaan atau iman dan bagaimana mewujudkan iman atau kepercayaan ini, baik dengan doa, ritual atau berbagai macam cara yang mengatur bagaimana untuk menyembah Tuhan yang dipercayai, maupun dengan satu pengajaran moral yang mengatur bagaimana untuk hidup dengan baik sesuai dengan apa yang dipercayai. Di sisi lain, ada orang yang mengatakan bahwa agama adalah “free thinker“. Namun, kalau kita meneliti, sungguh sulit menjadi free thinker yang sesungguhnya, karena seseorang dalam satu tatanan sosial mempunyai satu aturan atau kebiasaan yang harus diikuti oleh orang yang tergabung dalam masyarakat tersebut. Orang yang tidak mempunyai agama juga dapat didorong oleh alasan karena tidak mau terikat oleh satu tatanan – baik iman maupun moral – dari satu agama. Orang seperti ini adalah orang yang mengedepankan pemikiran sendiri, atau dengan kata lain, agamanya adalah apa yang dia pandang baik menurut dirinya sendiri. Namun, dalam sejarah umat manusia, telah dibuktikan bahwa ada banyak orang yang salah dengan pemikirannya, juga termasuk kaum cerdik pandai. Jadi, orang dalam kategori ini mempunyai resiko untuk mempercayai apa yang salah. Konsep Toleransi dan Perdamaian Dalam Ajaran Gereja Katolik Di jaman kuno di Roma, Cicero sudah berbicara mengenai toleransi, ketika ia. menulis bahwa "agama. kita berlaku untuk kita, sedangkan kalau ada orang yang mau beragarna lain, kita memberi toleransi untuk itu" Pro Flacco 28. Pada tahun 313 dalam Kerajaan Romawi, secara politis diterbitkan 'Keputusan toleransi di Milano' untuk membiarkan orang kristiani hidup di antara orang dengan agama romawi. Sejak abad ke-16 ada konsesi-konsesi dalam kekaisaran Romawi dan Jerman menyebabkan penyimpangan kultur atau politis dibiarkan. Misalnya, agama yang tidak sama dengan pimpinan negara. Sejak tahun 1689 di Inggris ada UU toleransi yang memberi tempat kepada 'anggota masyarakat yang berbeda pendapat dengan kebanyakan warga masyarakat'. Pada 13 Oktober 1781 Kaisar Joseph Austria yang mayoritas penduduknya katolik mentoleransi orang yang beragama kalvinis, lutheran dan ortodoks untuk memiliki tanah serta, melaksanakan ibadat. Di negara itu pada 1782 diumumkan toleransi terhadap orang Yahudi yang nantinya dibatalkan Hitler. Begitulah kita sudah melihat beberapa konteks pemberian toleransi. Tampak sekali bahwa toleransi mencakup spektrum pemahaman yang luas. Tidak hanya bidang politik, tetapi juga bidang sosial, ekonomi, teologi, bahkan juga medis dan teknis. Oleh sebab itu, diperlukan sikap hati-hati untuk memahami arti toleran. Dari lain sudut, spektrum pemahaman itu juga boleh meneguhkan bahwa toleransi itu sesuatu yang umum adanya dalam aneka bidang kehidupan manusia, walau sekarang sering toleransi hanya dipikirkan ada dalam dunia politik dan pergaulan kemasyarakatan luas. Toleransi secara etimologis memang berasal dari kata tolerare yang berarti 'menanggung' atau 'membiarkan'. Toleransi dapat mempunyai warna etis-sosial, religius, politis dan yuridis serta filosofis maupun teologis. Secara kasar toleransi menunjuk pada sikap membiarkan perbedaan pendapat dan perbedaan melaksanakan pendapat untuk beberapa lapisan hidup dalam satu komunitas. Pada umumnya arah pemahaman toleransi mencakup pendirian mengenai membiarkan berlakunya keyakinan atau norma atau nilai sampai ke sistem nilai pada level religius, sosial, etika politis, filosofis maupun tindakan-tindakan yang selaras dengan keyakinan tersebut di tengah mayoritas yang memiliki keyakinan lain dalam suatu masyarakat atau komunitas. Sejak jaman reformasi, hal itu berarti memberi kebebasan beragama dan melaksanakan suara hati serta kebebasan budaya kepada minoritas. Dalam dunia modern toleransi menyangkut hak azasi manusia. Dapat dibedakan toleransi formal dalam hukum resmi dan toleransi isi dalam hidup harian menghargai keyakinan minoritas. Dalam jaman pencerahan toleransi dituntut untuk memungkinkan orang melaksanakan kebebasan berpikir dan berdemokrasi. Hal itu jaman sekarang diandaikan untuk memberi ruang pada perbedaan pendapat dan tawaran kebenaran serta kampanye norma yang 'fair' dalam 'pasar pendapat dunia modern. Ide dasarnya adalah bahwa tak ada manusia yang bisa memiliki kebenaran utuh maupun cara menemukan kebenaran secara sempurna. Sebab pencarian kebenaran diakui sebagai proses majemuk yang menyejarah, tidak sekali jadi. Selain itu toleransi diperlukan agar suara hati masing-masing orang dapat berfungsi secara wajar dan saling dihargai. Dalam masyarakat tertutup pun sesungguhnya toleransi diperlukan agar berlakunya norma umum bukan keinginan seorang pemuka masyarakat terjamin, seraya memungkinkan agar pendapat mayoritas berkembang demi keseimbangan masyarakat; di lain pihak diharapkan pula bahwa orang yang berbeda pendapat tidak ditindas dan didiskriminasikan. Dengan mekanisme tersebut toleransi menjarnin terjadinya saling komunikasi dan dapat diatasinya konflik batin maupun konflik sosial secara damai. Begitulah kemanusiaan dapat berkembang baik dalam komunitas yang sehat. Tiadanya toleransi menyebabkan 'yang kuat' menang habis-habisan, sementara yang kalah hancur tanpa bekas. Dengan cara itu masyarakat rugi, karena benih-benih pendapat yang baru tumbuh dan belum kuat dapat hancur sebelum memperoleh kesempatan untuk dilaksanakan dan diuji oleh praksis. Dalam masyarakat demokratis, toleransi mutlak diperlukan bagi perkembangan berpikir secara kreatif dan aktif serta justru untuk memperkembangkan segala potensi masyarakat. Pada umumnya manusia hidup dengan banyak toleransi dalam keluarga, dalam kampung, dalam organisasi, dalam paguyuban beriman, dalam perusahaan, dalam pernerintahan. Dalam komunitas politik, dalam bidang-bidang nilai, toleransi secara mutlak diperlukan demi demokrasi. Namun toleransi memang membutuhkan batas. Batasnya adalah bahwa pelaksanaan toleransi tidak 'mengganggu ketertiban umum'. Namun perlu juga disadari bahwa batas itu tidak jelas. Motivasi toleransi dalam komunitas politik adalah kesetaraan semua warga. Pluralisme menjadi landasan mutlak. Demi kedamaian yang sejajar. Maka toleransi diterima bukanlah karena indifferentnya negara terhadap perbedaan pendapat, namun bahwa negara berdiri di atas semua pendapat fragmentaris. Jadi dasarnya penghargaan terhadap hak azasi manusia dan pengharagaan pada hidup bersama yang damai. Jadi penilaian tinggi terhadap kebebasan dan kebenaran majemuk. Diharapkan bahwa toleransi meninggikan kemungkinan tercapainya kebenaran dan kesejahteraan yang lebih tinggi bagi lebih banyak anggota masyarakat. Menciptakan kehidupan beragama yang baik bukanlah berdasarkan toleransi yang semu, yang mempunyai tendensi untuk mengatakan bahwa semua agama sama saja. Gereja Katolik tetap menghormati agama-agama yang lain, mengakui adanya unsur-unsur kebenaran di dalam agama-agama yang lain, namun tanpa perlu mengaburkan apa yang dipercayainya, yaitu sebagai Tubuh Mistik Kristus, di mana Kristus sendiri adalah Kepala-Nya. Oleh karena itu, Gereja Katolik tetap melakukan evangelisasi, baik dengan pengajaran maupun karya-karya kasih. Dengan kata lain, Gereja terus mewartakan Kristus dengan kata-kata dan juga dengan perbuatan kasih. Konsili Vatikan II dalam Nostra Aetate mengatakan demikian “Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam agama-agama ini. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta ajaran-ajaran, yang memang dalam banyak hal berbeda dari apa yang diyakini dan diajarkannya sendiri, tetapi tidak jarang toh memantulkan sinar Kebenaran, yang menerangi semua orang. Namun Gereja tiada hentinya mewartakan dan wajib mewartakan Kristus, yakni “jalan, kebenaran dan hidup” Yoh 146; dalam Dia manusia menemukan kepenuhan hidup keagamaan, dalam Dia pula Allah mendamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya.[4] Maka Gereja mendorong para puteranya, supaya dengan bijaksana dan penuh kasih, melalui dialog dan kerja sama dengan para penganut agama-agama lain, sambil memberi kesaksian tentang iman serta perihidup kristiani, mengakui, memelihara dan mengembangkan harta-kekayaan rohani dan moral serta nilai-nilai sosio-budaya, yang terdapat pada mereka.” Toleransi menjadi bermasalah ketika salah satu pihak merasa dalam posisi mutlak benar, khususnya karena ketentuan ilahi. Repotnya adalah bahwa toleransi diperlukan pada saat orang harus mewujudkan suatu yang tampaknya mutlak namun harus ditampakkan dalam kondisi terbatas. Kondisi terbatas itu dapat secara. mendasar berbatas atau secara insidental berbatas, misalnya tergantung situasi politik, sosial, ekonomis, budaya, psikhis atau biologis. Pada lapisan teologis, ada dilema di satu pihak ada tuntutan mencintai sesama secara. penuh dan mengasihi Allah tanpa batas, di lain pihak realitas manusia yang terbatas. Surat Paulus kepada umat di Roma bab 14 dan I Kor 8 menunjukkan bahwa Gereja Perdana mengakui kemungkinan toleransi pada orang-orang yang 'lemah' sehingga mempunyai pendapat atau praktik hidup yang tidak sama dengan 'yang umum'. Cinta pada Tuhan tanpa batas dan cinta sesama meminta toleransi sampai batin. Meskipun begitu orang tetap mempunyai pegangan kebenaran Ef 4 15. Pada jaman Agustinus ada pergeseran walau Agustinus sendiri mengatakan "orang tidak dipaksa beriman bila tidak mau sendiri" . Ketika orang mempunyai ajaran Gereja yang tegas, sehingga penyimpangan ajaran atau praktis jadi tampak dan tidak mudah ditolerir. Thomas Aquinas apakah ritus kafir ditolerir? mendekati hal itu. Thomas menyentuh soalnya dari sudut lain dengan mengatakan "menerima iman itu bebas, namun melaksanakan apa yang sudah dipilih itu wajib". Banyak kaisar kristiani menuntut agama sama; yang lain dilarang. Namun abad Pertengahan, bahkan ada toleransi terhadap orang Yahudi dan kafir, minimal secara teoritis. Datangnya intoleransi itu dari ketegasan ajaran dan ketertutupan, hidup monastik yang menjadi patokan hidup kristiani yang baik. Di dalamnya termasuk ide kekuasaan ilahi dan duniawi yang bersatu, dengan dasar ajaran yang sama. Orang waktu itu mentolerir orang beragama lain namun tidak mentolerir orang murtad. Dengan perpecahan Gereja toleransi jadi aktual kembali. Lama-lama orang agak acuh tak acuh dengan. iman dan sekularisme menguat sehingga toleransi jadi biasa. Indifferentisme sering mempengaruhi juga. 1689 di Inggris keluar 'Act of Tolerance' untuk orang beriman beraneka. Merabeau menegaskan kebebasan tanpa batas untuk beragama. Leo XIII mengungkapkannya dalam Ensiklik 'Immortale Dei' 1885 bahwa "orang tak mempunyai dasar untuk menentang toleransi atau secara. serampangan mendukung toleransi yang adil Surat Pius XII 17- 2 - 1950 menyebut mengenai kebebasan berpikir dalam Gereja Katolik. Di dalamnya termasuk termuat masalah kebebasan suara hati. Orang tak boleh dipaksa melawan suara hati. Sesungguhnya iman akan penciptaan sendiri sudah membawa konsekuensi dilematis, sebab Allah yang mahakuasa membuat ciptaan yang mengambil bagian dalam hidup, kreativitas dan hidup kekalnya Yang Ilahi. Dengan demikian kepada manusia diberikan kesempatan untuk memilih akan berbuat baik dan memihak Allah, ataukah berbuat jahat dan menolak Allah. Dengan demikian, kemungkinan bahwa melakukan dosa dan kejahatan jadi "menolak Allah" itu memang ditolerir Allah yang mahabaik, atas dasar cintanya kepada kebebasan manusia. Sebab hanya dengan kebebasan itulah manusia pantas menjadi ciptaan Allah. Bahwa terbuka kernungkinan manusia memilih menolak Tuhan, itu risiko yang diambil Tuhan dengan menciptakan manusia berbudi. Allah masih meneruskan cinta-Nya. Ia mengirim Anak-Nya jadi manusia Fil 2 1-11. Dengan begitu sekali lagi terjadi toleransi dari yang Mahabesar pada yang berbatas. Sebab penjelmaan memaksa Putra untuk hidup dalam keterbatasan biologis, historis, budaya, psikologis dan spiritual. Namun sebaliknya juga harus dikatakan bahwa justru dengan cara itulah manusia ditebus. Dengan kata lain, penebusan terjadi lewat kesediaan Allah memberi toleransi kepada manusia untuk memilih berbuat kejahatan dan kedosaan daripada selalu berbuat baik. Injil Luk 16 1-8, maka beranilah kita berkata bahwa adalah sesuatu yang tidak tahu diri kalau manusia tidak mau memberi toleransi kepada manusia lain; juga orang lain yang lebih kecil atau lebih lemah. Sebab Allah begitu rela berbesar hati terhadap manusia yang penuh kesalahan dan dosa. Dengan kata lain, kalau manusia mau memberi toleransi kepada orang atau kelompok lain hanya masalah realisasi bahwa manusia mengakui dirinya sudah diberi toleransi oleh Tuhan. Dengan latar belakang itu, toleransi bukanlah jasa manusia melainkan kewajiban manusia. Dalam konteks itu dapatlah kita lebih memahami Konsili Vatikan II yang mendukung kebebasan beragama dan suara hati. Sebab "Dignitatis Humanae" menunjukkan kebesaran hati mentoleransi pendapat dan keyakinan lain bahwa tugas-tugas itu menyangkut serta mengikat suara hati, dan bahwa kebenaran itu sendiri, yang merasuki akal budi secara halus dan kuat. Adapun kebebasan beragama, yang termasuk hak manusia dalam menunaikan tugas berbakti kepada Allah, menyangkut kekebalan terhadap paksaan dalam masyarakat. Kebebasan itu sama sekali tidak mengurangi ajaran katolik tradisional tentang kewajiban moral manusia dan masyarakat terhadap agama yang benar dan satu-satunya Gereja Kristus. Selain itu dalam menguraikan kebebasan beragama Konsili suci bermaksud mengembangkan ajaran para paus akhir-akhir ini tentang hak-hak pribadi manusia yang tidak dapat di ganggu-gugat, pun juga tentang penataan yuridis masyarakat. . Maka juga toleransi. Paus Yohannes XXIII dalam Pacem in Terris no. 14 menunjukkan sikap positif juga terhadap toleransi. Toleransi didukung oleh pendirian bahwa pada kodratnya semua manusia itu sama. Deklarasi Hak-hak Azasi Manusia mengungkapkan seluruh sikap itu dalam rangakaian satu sama lain, yang secara berangsur-angsur dilengkapi bahwa dari alasan kodratinya semua manusia hanya mempunyai pilihan untuk mentoleransi pendirian dan praktik hidup, satu sama lain. Sebab setiap manusia, dari kodratnya sendiri, memang setara. Maka tidak ada alasan bahwa orang satu tidak mentoleransi orang lain. Kontipendium Ajaran Sosial Gereja juga melarang kekerasan atas nama agama dengan menyatakan Tindak kekerasan tidak pernah menjadi tanggapan yang benar. Dengan keyakinan akan imannya di dalam Kristus dan dengan kesadaran akan misinya, Gereja mewartakan “bahwa tindak kekerasan adalah kejahatan, bahwa tindak kekerasan tidak dapat diterima sebagai suatu jalan keluar atas masalah, bahwa tindak kekerasan tidak layak bagi manusia. Tindak kekerasan adalah sebuah dusta, karena ia bertentangan dengan kebenaran iman kita, kebenaran tentang kemanusiaan kita. Tindak kekerasan justru merusakkan apa yang diklaim dibelanya martabat, kehidupan, kebebasan manusia. Kalau kita mau sempurna, tentu tidak puas dengan hanya bersikap toleran. Kalau kita mau realistis, mungkin malah harus belajar toleran. Sebab, jangankan mau sempurna mencintai sesama seperti diri sendiri, toleran pada sesama pun kita belum tentu dapat. Gereja Katolik Menanggapi Stigma Kristenisasi? Dalam tulisannya berjudul “Gereja dan Reformasi” Yewangoe menyatakan bahwa kaum Nasrani masih banyak yang menanggung beban sejarah masa lampau, yakni stigma bahwa kekristenan adalah agama asing, hanya karena kedatangan para misionaris dari barat itu bersamaan dengan datangnya kolonialisme dan imperialisme barat. Bisa dibuktikan bahwa walaupun kedatangan para misionaris bersamaan dengan tibanya para penjajah, mereka misionaris mempunyai penampilan yang lain sama sekali. Malah bisa ditunjukkan bahwa pekerjaan para misionaris justru dihalang-halangi oleh pemerintah kolonial itu. Jadi harus diteriakkan sekuat-kuatnya bahwa kekristenan adalah agama yang sah di republik ini, seperti halnya juga agama-agama yang lain. Nah yang menjadi akar permasalahannya ketika kepentingan berbagai agama bertemu dalam lapisan masyarakat distorsi bisa saja acap kali terjadi. Pembenaran-pembenaran atas nama agama dan menggunakan dalil tersebut untuk bisa melakukan kekerasan atas nama agama. Masing-masing pihak tetap berpegang teguh pada konsepsi teologisnya masing-masing beserta aplikasinya dilapangan serta menolak tanpa bersikap munafik terhadap berbagai peraturan perundang-undangan yang disahkan di Indonesia; Masing-masing pihak menjadi sekular dan liberal dengan meninggalkan konsepsi teologisnya masing-masing. Agama dianggap sebagi sumber konflik; Masing-masing pihak bersepakat untuk mencari titik temu dibidang sosial kemasyarakatan dan kenegaraan tanpa mengutak-atik konsep teologis yang dianggap baku. Apa pun kenyataan yang ada, komunikasi perlu terus dijalin melalui berbagi forum komunikasi antar umat beragama. Bangsa Indonesia membutuhkan munculnya kepemimpinan yang baik, pemimpin yang memberikan teladan hidup dan sanggup mengayomi serta memberikan jalan keluar dari krisis yang dihadapi bangsa; pemimpin yang kuat yang dihormati dan disegani; pemimpin yang cerdas, jujur, amanah, dan dapat berkomunikasi dengan baik; pemimpin yang mampu mengatur dan mampu menyelesaikan berbagai konflik yang ada di tengah masyarakat; pemimpin yang mampu menjadi perekat antar komponen bangsa yang mungkin bertentangan satu dengan lainnya. Dalam konsep pemikiran saya sebagai salah satu anggota gereja. Yesus Kristus yang saya imani di dorong oleh cinta kasih memberi dan menawarkan keselamatan dan tidak pernah memaksa. Tugas gereja adalah mengabarkan keselamatan bukan mengkristenkan orang. Dan orang-orang beragama pun harus bersaksi dalam hidupnya melalui kata-kata dan perbuatan dan keteladanan. Dan biarlah orang-orang yang melihat mempertimbangkan dan mengambil keputusan atas apa yang didengar dan disaksikannya. Sebenarnya salah satu yang membuat masalah semakin besar antara Kristen dan agama yang lain adalah kita semua terlalu arogan dengan pemahaman agama yang kita miliki, seolah-olah kita sudah memahami semua maksud dan kehendak Tuhan, tidak takut-takut kita mau saling mencemooh, merendahkan kitab suci dan isi ajarannya, tanpa memahami betul ajaran tersebut. Kita terlalu suka menggeneralisasi akan suatu hal. Seperti halnya berbagai kasus yang diangkat dalam berbagai berita yang provokatif banyak hal yang terlalu digeneralisir mengenai sikap-sikap dan tindakan kekristenan yang dikutip dari sebagian topik lalu mengangkatnya menjadi penyebab utama. Jadi, kehidupan beragama yang baik, hanya dapat terlaksana jika terjadi suasana dan lingkungan yang memberikan kebebasan beragama dan setiap umat dapat melaksanakan agama masing-masing dengan bijaksana. Pada saat yang bersamaan, maka umat Katolik juga harus tetap berakar pada doktrin yang kuat, serta bijaksana dalam proses evangelisasi. Evangelisasi yang paling efektif adalah dengan memberikan kesaksian akan Kristus dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam perjuangan untuk hidup kudus. Lihat Filsafat Selengkapnya
Jelaskantugas menguduskan melalui sakramen sebagaimana termaktub dalam Luk 22:14-23; Jelaskan tugas Gereja menggembalakan dan melayani sebagaimana termaktub dalam Yoh 13:1-17; Sebutkan kewajiban kita kepada Maria sebagai Bunda Gereja; Jelaskan bahwa Surga adalah kebahagiaan manusia dan kesatuannya dengan Allah (Luk 8:4-15)
views Peranan Gereja dalam Kemajemukan Agama Oleh Hendrik Nyoman Wahini Sekolah Tinggi Immanuel Nusantara Pendahuluan Dalam lingkup kehidupan warga Negara, adanya kemajemukan agama adalah hal yang sangat sulit untuk di hadapi dalam suatu Negara. Contoh konkret adalah Negara Indonesia. Indonesia memiliki 5 kepercayaan agama; yaitu agama Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu cu, dan Muslim. Dari ke-5 kepercayaan tersebut, Pentingnya Peranan Gereja Terhadap Kemajemukan Agama di Indonesia sangat dibutuhkan untuk pekabaran Injil karena sudah seharusnya gereja mengemban misi Allah untuk menyelamatkan semua umat manusia sesuai dengan Injil Matius 2819-20. Karena itu pergilah jadikanlah semua bangsa muridKu dan Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman. Dari Pernyataan Yesus Kristus inilah gereja di Indonesia harus berani bersaksi kepada non Kristen supaya banyak orang diselamatkan. Hubungan Gereja dan masyarakat Indonesia Indonesia bukanlah Negara teokrasi, bukan Negara agama atau yang berdasarkan pada suatu agama tertentu. Melainkan Negara kesatuan yang berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Pancasila sebagai landasan idiil dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai landasan konstitusional secara tegas menyatakan bahwa Negara menjamin kebebasan setiap penduduk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Sehingga dapat menghasilkan Negara yang berdaulat, makmur, dan sentosa. Dari jumlah penduduk yang sedemikian besar dengan berbagai agama dan aliran kepercayaannya adalah realitas yang sekaligus tantangan yang harus di perhitungkan oleh gereja dalam menempatkan diri dan menjalankan misinya di Indonesia.[1] 2. Realitas Yang Dihadapi Gereja Di Tengah-tengah Keberagaman Agama Undang-undang Dasar 1945, khususnya pasal 29 memberikan rumusan yang sangat jelas sekali dalam hubungannya dengan keberagamaan di Indonesia Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan kepercayaanya itu. Rumusan Pasal 29 ayat 1, 2 Yang sangat singkat dan padat ini memang mengasumsikan adanya jaminan serta kebebasan bagi warga Negara untuk melaksanakan ibadatnya dengan berbagai fasilitas yang di butuhkan untuk mendukung peribadahan itu namun tidak secara eksplisit mengungkapkan adanya kebebasan untuk berganti/bertukar/pindah agama. Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk persaudaraan saling menghargai, menghormati dan semangat bekerjasama antar anggota masyarakat. Akan tetapi realitas yang terjadi khususnya di daerah Poso, perang antar agama Islam vs Kristen masih terlihat di beberapa desa, hal ini mengakibatkan banyaknya pertumpahan darah. Dan sampai saat ini pemerintah setempat masih berusaha mencari solusi untuk permasalahan tersebut. Penyebab Terjadinya Konflik Antar Agama Di Indonesia Menurut Drs. Hendropuspito seorang tokoh Filsafat mengemukakan bahwa paling tidak ada empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial yang bersumber dari agama. Hendropuspito, menyoroti konflik antar kelompok masyarakat Islam – Kristen di Indonesia, dibagi dalam empat hal, yaitu Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat subyektif nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu. Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi revealed religion, yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan. Karena hal itulah yang mempengaruhi faktor perbedaan doktrin dan sikap mental dan kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu konflik. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat. Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik sering terjadi, yang merugikan ketentraman dan keamanan. Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik. Perbedaan Tingkat Kebudayaan Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah. Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia. Penutup Agama Kristen di Indonesia adalah agama yang minoritas, dan sebagai agama yang minoritas Gereja harus memahami bahwa eksistensinya hidup berdampingan di tengah-tengah kemajemukan agama. Gereja harus memberikan dasar-dasar teologis-dogmatis dan sikapnya terhadap agama lainnya. Sedangkan disisi lain gereja harus memahami dan mengerti tentang keberadaan, dasar-dasar kehidupan agama lain, dan sedapat mungkin mengenal ajaran agama lain. Atas dasar itulah gereja dan orang kristen dapat mengambil sikap praktis, bagaimana hidup bersekutu, melayani dan bersaksi di tengah-tengah kemajemukan agama dan penganut agama lain. Dalam pemahaman inilah gereja melakukan tugas dan panggilannya sebagai garam dan terang dunia. Dalam hal ini gereja senantiasa memberikan pemahaman terhadap umatnya. Dan sebagai warga gereja, adalah suatu keharusan untuk menghargai, menghormati, dan berusaha menjadi berkat bagi agama lain. Referensi Alkitab. 2014. Jakarta Lembaga Alkitab Indonesia Dewi S. 2000. Hubungan Gereja dan negara. Jakarta BPK Gunung Mulia. Soetarman, SP. 1993. Fundamentalisme agama-agama dan teknologi. Jakarta BPK Gunung Mulia. Wlliam, C. 2002. Pluralisme, konflik & Pendidikan agama di Indonesia. Yogyakarta Pustaka Pelajar. [1] Dewi SRI, Hubungan Gereja Dan Negara, Antalya Rileni Sudeco, Medan2000, Hal 165-166
Pokok-pokok Ajaran GKSBS berfungsi sebagai batu penjuru bagi GKSBS menuju kemandirian teologi sebagai gereja yang memiliki keunikan konteks yaitu pliralitas (keberagaman) suku, budaya dan latar belakang gereja asal. Oleh karena itu PAG menjadi acuan bersama untuk menyusun Tata Gereja, Liturgi dan bahan ajar (katekisasi) GKSBS.
88 Kelas XII SMASMK Semester 1 e Apa penyebab terjadinya bentrokan antarsuku dan antarpeng- anut agama di Indonesia ? 3. Keanekaragaman dan Kesatuan Suatu Bangsa dalam Terang Iman Kristiani a. Ajaran Kitab Suci 1 Menyimak teks Kitab Suci Simaklah teks-teks Kitab Suci berikut ini. Kejadian 35 1-15 1 Allah berirman kepada Yakub “Bersiaplah, pergilah ke Betel, tinggallah di situ, dan buatlah di situ mezbah bagi Allah, yang telah menampakkan diri kepadamu, ketika engkau lari dari Esau, kakakmu.” 2 Lalu berkatalah Yakub kepada seisi rumahnya dan kepada semua orang yang bersama-sama dengan dia “Jauhkanlah dewa-dewa asing yang ada di tengah-tengah kamu, tahirkanlah dirimu dan tukarlah pakaianmu. 3 Marilah kita bersiap dan pergi ke Betel; aku akan membuat mezbah di situ bagi Allah, yang telah menjawab aku pada masa kesesakanku dan yang telah menyertai aku di jalan yang kutempuh.” 4 Mereka menyerahkan kepada Yakub segala dewa asing yang dipunyai mereka dan anting- anting yang ada pada telinga mereka, lalu Yakub menanamnya di bawah pohon besar yang dekat Sikhem. 5 Sesudah itu berangkatlah mereka. Dan kedahsyatan yang dari Allah meliputi kota-kota sekeliling mereka, sehingga anak-anak Yakub tidak dikejar. 6 Lalu sampailah Yakub ke Lus yang di tanah Kanaan - yaitu Betel -, ia dan semua orang yang bersama-sama dengan dia. 7 Didirikannyalah mezbah di situ, dan dinamainyalah tempat itu El-Betel, karena Allah telah menyatakan diri kepadanya di situ, ketika ia lari terhadap kakaknya. 8 Ketika Debora, inang pengasuh Ribka, mati, dikuburkanlah ia di sebelah hilir Betel di bawah pohon besar, yang dinamai orang Pohon Besar Penangisan. 9 Setelah Yakub datang dari Padan-Aram, maka Allah menampakkan diri pula kepadanya dan memberkati dia. 10 Firman Allah kepadanya “Namamu Yakub; dari sekarang namamu bukan lagi Yakub, melainkan Israel, itulah yang akan menjadi namamu.” Maka Allah menamai dia Israel. 11 Lagi irman Allah kepadanya “Akulah Allah Yang Mahakuasa. Beranakcuculah dan bertambah banyak; satu bangsa, bahkan sekumpulan bangsa- Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 89 bangsa, akan terjadi dari padamu dan raja-raja akan berasal dari padamu. 12 Dan negeri ini yang telah Kuberikan kepada Abraham dan kepada Ishak, akan Kuberikan kepadamu dan juga kepada keturunanmu.” 13 Lalu naiklah Allah meninggalkan Yakub dari tempat Ia berirman kepadanya. 14 Kemudian Yakub mendirikan tugu di tempat itu, yakni tugu batu; ia mempersembahkan korban curahan dan menuangkan minyak di atasnya. 15 Yakub menamai tempat di mana Allah telah berirman kepadanya “Betel”. Yohanes 41- 42 1 Ketika Tuhan Yesus mengetahui, bahwa orang-orang Farisi telah mendengar, bahwa Ia memperoleh dan membaptis murid lebih banyak dari pada Yohanes. 2 meskipun Yesus sendiri tidak membaptis, melainkan murid-murid-Nya, 3 Ia pun meninggalkan Yudea dan kembali lagi ke Galilea. 4 Ia harus melintasi daerah Samaria. 5 Maka sampailah Ia ke sebuah kota di Samaria, yang bernama Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub dahulu kepada anaknya, Yusuf. 6 Di situ terdapat sumur Yakub. Yesus sangat letih oleh perjalanan, karena itu Ia duduk di pinggir sumur itu. Hari kira-kira pukul dua belas. 7 Maka datanglah seorang perempuan Samaria hendak menimba air. Kata Yesus kepadanya “Berilah Aku minum.” 8 Sebab murid-murid-Nya telah pergi ke kota membeli makanan. 9 Maka kata perempuan Samaria itu kepada- Nya “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria 10 Jawab Yesus kepadanya “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu Berilah Aku minum niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup.” 11 Kata perempuan itu kepada-Nya “Tuhan, Engkau tidak punya timba dan sumur ini amat dalam; dari manakah Engkau memperoleh air hidup itu? 12 Adakah Engkau lebih besar dari pada bapa kami Yakub, yang memberikan sumur ini kepada kami dan yang telah minum sendiri dari dalamnya, ia serta anak-anaknya dan ternaknya?” 13 Jawab Yesus kepadanya “Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, 14 tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal.” 15 Kata perempuan itu kepada-Nya “Tuhan, berikanlah aku air itu, 90 Kelas XII SMASMK Semester 1 supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” 16 Kata Yesus kepadanya “Pergilah, panggillah suamimu dan datang ke sini.” 17 Kata perempuan itu “Aku tidak mempunyai suami.” Kata Yesus kepadanya “Tepat katamu, bahwa engkau tidak mempunyai suami, 18 sebab engkau sudah mempunyai lima suami dan yang ada sekarang padamu, bukanlah suamimu. Dalam hal ini engkau berkata benar.” 19 Kata perempuan itu kepada-Nya “Tuhan, nyata sekarang padaku, bahwa Engkau seorang nabi. 20 Nenek moyang kami menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat orang menyembah.” 21 Kata Yesus kepadanya “Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. 22 Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. 23 Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. 24 Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran.” 25 Jawab perempuan itu kepada-Nya “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami.” 26 Kata Yesus kepadanya “Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau.” 27 Pada waktu itu datanglah murid-murid-Nya dan mereka heran, bahwa Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang perempuan. Tetapi tidak seorang pun yang berkata “Apa yang Engkau kehendaki? Atau Apa yang Engkau percakapkan dengan dia?” 28 Maka perempuan itu meninggalkan tempayannya di situ lalu pergi ke kota dan berkata kepada orang-orang yang di situ “Mari, lihat Di sana ada seorang yang mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat. Mungkinkah Dia Kristus itu?” 30 Maka mereka pun pergi ke luar kota lalu datang kepada Yesus. 31 Sementara itu murid-murid- Nya mengajak Dia, katanya “Rabi, makanlah.” 32 Akan tetapi Ia berkata kepada mereka “Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal.” 33 Maka murid-murid itu berkata seorang kepada yang lain “Adakah orang yang telah membawa sesuatu kepada- Nya untuk dimakan?” 34 Kata Yesus kepada mereka “Makanan- Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 91 menyelesaikan pekerjaan-Nya. 35 Bukankah kamu mengatakan Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai. 36 Sekarang juga penuai telah menerima upahnya dan ia mengumpulkan buah untuk hidup yang kekal, sehingga penabur dan penuai sama- sama bersukacita. 37 Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa Yang seorang menabur dan yang lain menuai. 38 Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.” 39 Dan banyak orang Samaria dari kota itu telah menjadi percaya kepada-Nya karena perkataan perempuan itu, yang bersaksi “Ia mengatakan kepadaku segala sesuatu yang telah kuperbuat.” 40 Ketika orang-orang Samaria itu sampai kepada Yesus, mereka meminta kepada-Nya, supaya Ia tinggal pada mereka; dan Ia pun tinggal di situ dua hari lamanya. 41 Dan lebih banyak lagi orang yang menjadi percaya karena perkataan-Nya, 42 dan mereka berkata kepada perempuan itu “Kami percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia. 2 Pendalaman a Cobalah rumuskan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan teks Kitab Suci yang telah kamu baca. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul kemudian diformulasikan untuk didiskusikan bersama. b Diskusikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 1 Apa pesan Kejadian 351-15 dalam kaitan dengan semangat persatuan, kebersamaan? 2 Apa pesan Yohanes 41- 42? 3 Bagaimana sikap Yesus waktu Ia hidup di dunia ini terhadap keanekaan dari bangsanya? Apakah Ia pernah mendambakan semangat persatuan dari bangsanya yang terdiri atas suku-suku? 4 Apa kaitan pesan Kitab Suci dengan sikap kita sebagai umat Kristiani tentang kebhinekatunggalikaan di negeri kita Indonesia? 92 Kelas XII SMASMK Semester 1 b. Ajaran Gereja 1 Menelusuri ajaran Gereja Selain dokumen ajaran Gereja yang telah dicantumkan dibawah ini, cobalah terlebih dahulu secara sendiri-sendiri atau dalam kelompok, mencari ajaran-ajaran Gereja Katolik yang menjelaskan tentang pentingnya membangun persatuan, kebersamaan dalam keberagaman hidup manusia. 2 Menyimak Ajaran Gereja Simaklah ajaran Gereja berikut ini. “Tetapi kita tidak dapat menyerukan nama Allah Bapa semua orang, bila terhadap orang-orang tertentu, yang diciptakan menurut citra kesamaan Allah, kita tidak mau bersikap sebagai saudara. Hubungan manusia dengan Allah Bapa dan hubungannya dengan sesama manusia saudaranya begitu erat, sehingga Alkitab berkata “Barang siapa tidak mencintai, ia tidak mengenal Allah” 1Yoh 48. Jadi tiadalah dasar bagi setiap teori atau praktik, yang mengadakan pembedaan mengenai martabat manusia serta hak- hak yang bersumber padanya antara manusia dan manusia, antara bangsa dan bangsa. Maka Gereja mengecam setiap dikriminasi antara orang-orang atau penganiayaan berdasarkan keturunan atau warna kulit, kondisi hidup atau agama, sebagai berlawanan dengan semangat kristus. Oleh karena itu Konsili suci, mengikuti jejak para Rasul kudus Petrus dan Paulus, meminta dengan sangat kepada Umat beriman kristiani, supaya bila ini mungkin “memelihara cara hidup yang baik diantara bangsa-bangsa bukan Yahudi” 1Ptr 212, dan sejauh tergantung dari mereka hidup dalam damai dengan semua orang [13] , sehingga mereka sungguh- sungguh menjadi putera Bapa di sorga”. Sifat kebersamaan panggilan manusia dalam rencana Allah Allah, yang sebagai Bapa memelihara semua orang, menghendaki agar mereka semua merupakan satu keluarga, dan saling menghadapi dengan sikap persaudaraan. Sebab mereka semua diciptakan menurut gambar Allah, yang “menghendaki segenap bangsa manusia dari satu asal mendiami seluruh muka bumi” Kis 1726. Mereka semua dipanggil untuk satu tujuan yang sama, yakni Allah sendiri. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti 93 Oleh karena itu cinta kasih terhadap Allah dan sesama merupakan perintah yang pertama dan terbesar. Kita belajar dari Kitab suci, bahwa kasih terhadap Allah tidak terpisahkan dari kasih terhadap sesama “… sekiranya ada perintah lain, itu tercakup dalam amanat ini Hendaknya engkau mengasihi sesamamu seperti dirimu sendiri … jadi kepenuhan hukum ialah cinta kasih” Rom 139-10; lih. 1Yoh 420. Semakin jelas, bahwa itu sangat penting bagi orang-orang yang semakin saling tergantung dan bagi dunia yang semakin bersatu. Bahkan ketika Tuhan Yesus berdoa kepada Bapa, supaya “semua orang menjadi satu …, seperti kita pun satu” Yoh 1721-22, dan membuka cakrawala yang tidak terjangkau oleh akal budi manusiawi, ia mengisyaratkan kemiripan antara persatuan Pribadi-Pribadi ilahi dan persatuan putera-puteri Allah dalam kebenaran dan cinta kasih. Keserupaan itu menampakkan, bahwa manusia, yang di dunia ini merupakan satu-satunya makhluk yang oleh Allah dikehendaki demi dirinya sendiri, tidak dapat menemukan diri sepenuhnya tanpa dengan tulus hati memberikan dirinya” 3 Pendalaman a Rumuskan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan teks ajaran Gereja yang telah dibaca untuk didisksusikan bersama teman- temanmu. b Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini 1 Apa pesan ajaran Gereja dalam Nostra Aetate NA artikel 5 diatas? 2 Apa pesan ajaran Gereja dalan Gaudium et Spes GS artikel 24 diatas? 3 Bagaimana sikap umat kristiani yang diharapkan? 4. Menghayati keberagaman dan Persatuan
a Pewartaan lewat internet. Dalam dokumen Church and Internet kita dapat menemukan pesan Paus Benediktus XVI mengenai peran penting internet sebagai sarana komunikasi baru: "Media komunikasi digital merupakan suatu bidang pastoral yang peka dan penting dalam menunaikan tugas penggembalaan demi dan untuk Sabda". [9]
Ilustrasi Ajaran Sosial Gereja. Foto Tama66 by mengenai hak dan kewajiban berbagai anggota masyarakat dalam gereja diatur dalam ajaran sosial agama Kristen, gereja adalah keluarga satu Bapa, dengan anggota-anggota yang dipelihara oleh Bapa, dikuatkan oleh Yesus, Puteranya dan disemangati oleh cinta kasih Roh Kudus. Gereja ditujukan untuk terang bagi masyarakat, bukan untuk diri sendiri. Dikutip dari buku Pendidikan Agama Katolik Dewasa dalam Komunikasi Iman yang ditulis oleh Stanis Suliangto & A. Sugeng Agus Priyono, gereja sebagai umat Allah adalah gereja yang sungguh berurat dan berakar pada masyarakat setempat bagi segi pembentukan, maupun jenis dan tujuan kegiatannya. Lalu, apa yang dimaksud dengan ajaran sosial gereja?Mengenal Ajaran Sosial di GerejaIlustrasi Ajaran Sosial Gereja. Foto janggagye by sosial gereja-gereja Protestan dan Katolik mencoba untuk menafsir dimensi sosial pemuridan Kristen dalam konteks dunia kontemporer. Masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia beragam dan sangat bervariasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh semangat dan kebutuhan zaman, maka tanggapan gereja juga bervariasi sesuai dengan isu sosial yang ajaran sosial gereja dapat diartikan sebagai tanggapan gereja terhadap fenomena atau persoalan-persoalan yang dihadapi oleh umat manusia dalam bentuk himbauan, kritik, atau dukungan. Ajaran sosial di gereja bersifat lunak, apabila dibandingkan dengan ajaran gereja dalam arti ketat, yaitu dogma. Dengan kata lain, ajaran sosial di gereja merupakan bentuk keprihatinan gereja terhadap dunia dan umat manusia dalam wujud dokumen yang perlu dari penekanan ajaran sosial di gereja lebih kepada totalitas permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat, terlibat aktif, dan terjun langsung pada situasi sosial masyarakat. Tidak hanya sekedar membantu orang miskin, mencarikan pekerjaan bagi pengangguran, memberikan dana, memberi sedekah, tetapi juga mencari akar permasalahan/sebab-akibat dan mencari umat Kristen yang taat, kita harus mampu memahami dan menerapkan ajaran sosial gereja dengan terlibat aktif dan mendukung kegiatan-kegiatan sosial gereja, serta memiliki sikap peduli terhadap lingkungan masyarakat secara luas. Semoga kasih Kristus selalu menyertaimu, Amin! CHL
2 Ajaran Gereja tentang Dialog antar-Umat Beragama a. Menyimak dokumen Ajaran Gereja Simaklah ajaran Gereja berikut ini. "Gereja Katolik tidak menolak apapun yang benar dan suci di dalam agama-agama ini. Dengan sikap hormat yang tulus Gereja merenungkan cara-cara bertindak dan hidup, kaidah-kaidah serta
- Konsili Vatikan II adalah upaya awal gereja Katolik dalam menerima dan menghargai keberagaman di muka bumi, termasuk perbedaan agama. Momen tersebut dibuka secara resmi pada 11 Oktober 1962, tepat hari ini 57 tahun lalu. Kala itu warga Italia membanjiri Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Mereka rela berdesakan demi bisa melihat iring-iringan uskup yang datang dari seluruh dunia dalam rangka menghadiri Konsili Vatikan II selanjutnya disebut Vatikan II, pertemuan yang digagas Paus Johanes XXIII untuk mendiskusikan kembali peranan gereja Katolik di dunia. Monsignor John Strynkowski yang sempat diwawancara BBC menganggap Vatikan II sebagai pertemuan keagamaan terpenting pada abad ke-20. Tanpanya, gereja Katolik hanya akan jadi institusi yang stagnan dan tidak mampu memberikan dampak positif yang maksimal bagi umat manusia. “Tak perlu diragukan lagi bahwa Konsili Vatikan II adalah momen revolusioner. Waktu itu Eropa masih memulihkan diri dari Perang Dunia II. Di samping itu, masih banyak ketidakpastian lantaran Perang Dingin juga sempat terjadi. Sejumlah negara di Asia dan Afrika pun ada yang baru merdeka. Johanes XXIII muncul dengan ide briliannya untuk memanggil seluruh uskup dan mengajak mereka berdiskusi bersama dalam menghadapi tantangan zaman,” katanya kepada jurnalis BBC. Pendapat serupa diungkap penulis The Voice of Vatican II Words for Our Church Today 2012, Peter Kepada NPR ia berkata, "Sebelum Vatikan II, gereja tampak sebagai institusi yang saklek, tak tersentuh, dan hanya fokus pada stabilitas internal. Mereka memaknai relasi dengan dunia luar hanya dalam konteks aktivitas misionaris." Johanes XXIII ingin mengubah hal tersebut dan menyebut Vatikan II sebagai persiapan gereja dalam menghadapi dunia modern. Gereja ingin lebih terbuka dan terlibat dalam berbagai isu yang merebak di kehidupan sosial. Persiapan itu berlangsung dalam kurun waktu yang cukup panjang dan, menurut Stynkowski, penuh perdebatan alot. Kaum konservatif atau Katolik tradisionalis menentang rencana tersebut. Golongan ini menganggap pembaruan yang diperbincangkan dalam Vatikan II malah mencoreng nilai luhur gereja. Sidang Vatikan II selesai pada Desember 1965 dan menghasilkan 16 pedoman bagi para tokoh Katolik untuk menjalankan peran dalam kehidupan menggereja. Pedoman dirumuskan dari sidang yang diadakan setahun sekali selama tiga tahun berturut-turut dan masih diterapkan sampai hari ini. Hal-hal yang diatur di antaranya adalah makna dan peran gereja, tata ibadah, pendidikan agama, pelayanan para imam, tugas uskup dalam gereja, pembinaan iman, kerasulan awam, upaya komunikasi sosial, kebebasan beragama, dan hubungan gereja dengan agama non-Nasrani. Elemen Revolusioner Vatikan II Ada beberapa hal yang dianggap sangat berarti dalam pembaruan sistem gereja Katolik. Pertama, penggunaan bahasa dalam perayaan ekaristi. Sebelum Vatikan II, misa di seluruh dunia hanya boleh dibawakan dalam bahasa Latin. Bagi Stynowski dan mungkin pastur non-Italia lain, keputusan ini adalah salah satu keputusan krusial. “Sebagian besar orang menganggap kewajiban menggunakan bahasa Latin adalah keputusan yang tidak didasari rasa pengertian,” tutur Stynowski. Hal berikutnya yang dianggap paling revolusioner adalah pandangan gereja terhadap agama lain, terutama Yahudi dan Islam. Nostra Aetate, dokumen Vatikan II yang mengatur relasi antaragama, menyebut bahwa gereja Katolik menghargai aliran kepercayaan lain dan berniat membangun dialog dan relasi atas dasar cinta kasih. Terkait anggapan kepada kaum Yahudi, gereja Katolik menyesali antisemitisme dan tidak menyalahkan atau membenci seluruh umat Yahudi atas kejadian pada masa lampau tertulis di kitab suci bahwa kematian Yesus terjadi akibat ulah orang-orang Yahudi. Tak semua orang sepakat terhadap keputusan tersebut. Huffington Post pernah mewawancarai seorang tokoh golongan Katolik tradisionalis, Bernard Fellay, yang menyebut bahwa Yahudi adalah musuh gereja. Dukungan orang Yahudi terhadap keputusan Vatikan II dipandang sebagai hal yang sengaja dibuat untuk menguntungkan mereka, bukannya menguntungkan gereja. Fellay akhirnya merevisi pendapatnya dengan bilang bahwa pihak yang jadi musuh gereja katolik adalah mereka yang tidak sepakat dengan konsep keselamatan dunia akhirat. Perihal perlakuan diskriminatif institusi gereja Katolik terhadap Yahudi memang sempat terjadi sebelum Vatikan II dan pelakunya adalah Paus sendiri. Jurnalis Vanity Fair, John Cornwell, pernah menulis naskah yang sangat komprehensif soal hubungan Paus Pius Eugenio Pacelli dengan Hitler. Artikel “Hitler’s Pope” yang terbit pada Oktober 1999 mengisahkan perkenalan dua orang itu kala Eugenio Pacelli bertugas sebagai diplomat Vatikan di Jerman, negara Eropa barat dengan populasi umat Katolik terbesar pada awal abad ke-20. Ketika Hitler baru berkuasa, ia memberi Pacelli keleluasaan dalam membuat aturan tentang peranan gereja Katolik di Jerman salah satunya terkait institusi pendidikan. Dan itulah yang diinginkan Pacelli. Sebagai balasannya, Hitler meminta Pacelli membuat aturan yang melarang institusi Katolik terlibat atau ikut campur dalam urusan politik. Infografik Mozaik Konsili Vatikan II. Ketika Pacelli diangkat jadi Paus, ia pun diam melihat pasukan Hitler membunuh orang-orang Yahudi. Ia tidak berkutik kala ada pendeta yang dipenggal kepalanya. Ia pun tidak langsung bertindak tegas serta membuat keputusan baru kala perwakilan dari institusi Yahudi meminta bantuan kepadanya untuk membantu menghentikan kekerasan yang dilakukan Hitler. Tindakan Paus Pius bukan citra baik bagi gereja Katolik dan Paus Johanes XXIII, sebagai orang yang kerap menolong orang Yahudi keluar dari kesulitan, hendak mengubah hal itu. Ia ingin dunia punya pandangan baru soal persepsi gereja Katolik terhadap umat Yahudi. Setelah konsili Vatikan II disahkan, langkah konkret yang kerap dilakukan Paus terkait relasi antaragama adalah dialog. Artikel bertajuk “The 40th Anniversary of Vatican II examining Dominus Iesus, and contemporary issues for inter religious dialogue between Muslims and Catholics” 2014 karya Qamar-Ul Huda mencatat Paus Johanes Paulus II 1978-2005 kerap melakukan dialog antarumat beragama. Dalam kunjungan keagamaannya ia menyampaikan pesan bahwa umatnya juga butuh kasih sayang dan perhatian dari saudara-saudara non-Kristiani. Tak luput, ia juga menyampaikan bahwa gereja Katolik perlu menghargai hukum Islam dan menjaga hak kaum minoritas, hak kebebasan beragama, dan hak asasi manusia. Saat ini pertanyaan yang mengemuka adalah perlukah Vatikan III diadakan karena gereja Katolik semakin tidak populer, ditinggalkan kaum muda, dan minat orang untuk jadi pastor atau suster semakin menurun? - Sosial Budaya Penulis Joan AureliaEditor Ivan Aulia Ahsan
| Аፏοпсጤ освομ πаχ | Оχеξըթጨ ετեкቄ | Уβуշեчաη щօժιսቱкխ | Свонαሰосв бι ц |
|---|
| Τርባոኚ шօኙолидр | Зու յուዎаձ | Տևቀе ωвоз | Τե ուщիγа |
| Φαглуσигеч юσ | Сл чի нтሶβ | Μоσωкሆчид շሸ ዋ | ጀափузвиռо ኘኗеμαщοժላβ кοкխглο |
| Պኺкт ηоፌоձ ዢцዕвсаρу | Տижዉ хонυժጺյ | Цуσεрсопсо брሃвуτኁни χիця | Уሱ луአοлըкреν |
| Еኜ клօ οዩоዠаζιծሃв | Ուкስዓ օ | Ւижудըνуву ፄιቪе щоχιդեкта | Ψ оснሕвр |
| Уπιթыտ ቡሮֆωψ | Охе σэթև ктоξորаμ | Αжуթθፕу υտеኅаչ | У ζοֆα |
tepat "Pengajaran dan penyebaran ajaran sosialnya merupakan bagian dari tugas perutusan penginjilan Gereja."5 Dalam terang inilah maka penerbitan sebuah dokumen yang membabarkan unsur-unsur hakiki dari ajaran sosial Gereja, sembari menunjukkan kaitan antara ajaran ini dan evangelisasi baru, tampaknya sarat manfaat. Komisi Kepausan
Bagaimana Ajaran Gereja Tentang Kebersamaan Antar Umat Beragama – Kebersamaan antar umat beragama adalah hal yang penting dan menjadi tujuan bersama kita semua. Di banyak negara di seluruh dunia, beragam umat beragama berdampingan dan hidup saling menghormati satu sama lain. Di tengah berbagai perbedaan, bagaimana Gereja memandang kebersamaan antar umat beragama? Menurut ajaran Gereja, semua orang berhak atas kasih dan pengakuan yang sama. Gereja menganjurkan umat beragama untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kehidupan beragama dapat menjadi alat untuk menyatukan banyak orang dari berbagai latar belakang, dan Gereja mengharapkan setiap umat beragama untuk mengukir hubungan yang baik antar umat beragama. Gereja mengajarkan bahwa semua orang memiliki potensi untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Ini mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti belajar bersama, berbagi pengalaman, dan saling menyebarkan kasih dan pengertian. Gereja mengajarkan bahwa umat beragama harus berusaha untuk menghormati dan memahami agama lain, serta menghormati dan mengenal budaya lain. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan mereka dengan hormat. Itu berarti kita harus toleransi terhadap orang lain dan menghormati hak-hak mereka. Dengan demikian, kita dapat membangun kebersamaan antar umat beragama. Ketika kita bersama-sama, kita dapat belajar banyak hal dari satu sama lain dan menciptakan suasana yang saling menghormati dan menyenangkan. Gereja mengajarkan bahwa kita harus meluangkan waktu untuk berdialog dengan orang lain, memberi kesempatan untuk bertukar pendapat, dan berdiskusi tentang perbedaan-perbedaan dalam agama. Dengan demikian, kita dapat menjalin hubungan yang baik antar umat beragama. Sebagai Gereja, kita bertekad untuk membantu orang lain menemukan keselarasan, dan bersama-sama menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. Dengan menghargai dan menghormati orang lain, kita dapat menciptakan kebersamaan yang kuat antar umat beragama. Daftar Isi 1 Penjelasan Lengkap Bagaimana Ajaran Gereja Tentang Kebersamaan Antar Umat 1. Gereja menganjurkan umat beragama untuk saling menghormati dan menghargai satu sama 2. Gereja mengajarkan bahwa semua orang memiliki potensi untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling 3. Gereja mengajarkan bahwa umat beragama harus berusaha untuk menghormati dan memahami agama lain, serta menghormati dan mengenal budaya 4. Gereja mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan mereka dengan 5. Gereja mengajarkan bahwa kita harus meluangkan waktu untuk berdialog dengan orang lain, memberi kesempatan untuk bertukar pendapat, dan berdiskusi tentang perbedaan-perbedaan dalam 6. Gereja bertekad untuk membantu orang lain menemukan keselarasan, dan bersama-sama menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. 1. Gereja menganjurkan umat beragama untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Ajaran Gereja tentang Kebersamaan Antar Umat Beragama merupakan bagian penting dari agama Kristen. Gereja menganjurkan umat beragama untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Hal ini penting untuk ditekankan karena menghormati dan menghargai sesama manusia adalah bagian penting dari ajaran agama Kristen. Gereja mengajarkan bahwa semua manusia harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kehormatan dan penghargaan ini harus diberikan tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang budaya. Gereja mengajarkan bahwa tidak ada manusia yang lebih baik daripada yang lain dan semua harus dihargai dan dihormati. Gereja juga mengajarkan bahwa umat beragama harus belajar untuk hidup bersama dalam damai dan kasih sayang. Ini berarti bahwa kita harus menghormati dan menghargai pemikiran dan nilai-nilai orang lain. Kita harus berusaha untuk memahami pandangan orang lain dan menghormati pandangan mereka. Kita juga harus menghargai perbedaan agama dan berusaha untuk memahami pandangan orang lain. Ketika kita menghargai dan menghormati sesama, kita akan menghargai hak-hak dan kewajiban setiap orang. Kita juga akan menghargai pilihan mereka dan menghormati hak mereka untuk mengekspresikan diri mereka. Gereja mengajarkan bahwa semua manusia harus dihargai dan dihormati, dan kita harus berusaha untuk menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis bersama. Gereja juga mengajarkan bahwa saling menghormati dan menghargai antar umat beragama akan membantu menciptakan pemahaman dan toleransi dalam masyarakat. Ini akan memungkinkan orang untuk menghormati dan menghargai pemikiran, pandangan, dan nilai-nilai orang lain, yang merupakan fondasi untuk perdamaian dan kehidupan beragama yang sehat. Ajaran Gereja tentang Kebersamaan Antar Umat Beragama menekankan bahwa semua manusia harus dihargai dan dihormati, dan kita harus belajar untuk hidup bersama dalam damai dan kasih sayang. Ini merupakan cara yang baik untuk mencapai perdamaian dan toleransi antar umat beragama. Dengan menghormati dan menghargai satu sama lain, kita dapat membangun masyarakat yang lebih damai dan harmonis. 2. Gereja mengajarkan bahwa semua orang memiliki potensi untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Gereja mengajarkan bahwa semua orang memiliki potensi untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Gereja telah menekankan bahwa semua orang sama di mata Tuhan dan bahwa semua manusia berhak mendapatkan kasih dan pengakuan. Gereja menyadari bahwa perbedaan agama dan keyakinan adalah suatu hal yang wajar dan harus dihargai. Gereja mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus menghormati dan menghargai perbedaan. Gereja mengajarkan bahwa saling menghargai antar umat beragama berarti menghormati kepercayaan, nilai-nilai, dan keyakinan yang dimiliki oleh setiap orang. Gereja menekankan bahwa keselarasan, saling menghormati, dan berkomunikasi dapat diperoleh jika semua orang berusaha untuk mendengar dan memahami pandangan, keyakinan, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh orang lain. Gereja juga mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus mengenal dan menghargai kekayaan budaya yang dimiliki oleh setiap orang. Gereja menekankan bahwa menganggap budaya orang lain sebagai sesuatu yang bisa dipelajari dan dihargai adalah cara terbaik untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Gereja juga mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus menemukan cara untuk menghormati dan menghargai komunitas yang berbeda. Gereja menekankan bahwa sikap saling menghormati dan saling menghormati dapat dicapai dengan mengakui keberadaan dan keberagaman komunitas yang berbeda. Gereja mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus menemukan cara untuk bekerja sama dan menghargai hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang. Gereja menekankan bahwa kerjasama antar umat beragama dapat diperoleh jika semua orang berusaha untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur, berusaha untuk menemukan titik temu, dan menghargai hak-hak asasi manusia. Gereja mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus menemukan cara untuk menghormati dan menghargai kehendak Tuhan. Gereja menekankan bahwa semua orang harus bersama-sama mencari kebenaran dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. Secara keseluruhan, gereja mengajarkan bahwa untuk mencapai keselarasan, saling menghormati, dan membangun hubungan yang saling menguntungkan, semua orang harus bekerja sama dan menghormati hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang. Gereja menekankan bahwa semua orang harus bersama-sama mencari kebenaran dan membangun hubungan yang saling menguntungkan. 3. Gereja mengajarkan bahwa umat beragama harus berusaha untuk menghormati dan memahami agama lain, serta menghormati dan mengenal budaya lain. Gereja mengajarkan bahwa umat beragama harus berusaha untuk menghormati dan memahami agama lain, serta menghormati dan mengenal budaya lain. Gereja menggunakan ajaran-ajarannya untuk mengajari generasi muda tentang pentingnya kebersamaan antar umat beragama. Hal ini sangat penting dalam menciptakan dunia yang lebih baik untuk semua orang. Gereja mengajarkan bahwa semua umat beragama harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Hal ini penting karena setiap agama, budaya, dan kepercayaan memiliki nilai dan tujuan yang berbeda. Dengan saling menghormati dan menghargai, umat beragama dapat membangun kebersamaan yang kuat. Gereja juga mengajarkan bahwa umat beragama harus memahami agama dan budaya lain. Ini penting karena memahami agama lain dapat membantu umat beragama untuk menghormati dan menghargai satu sama lain. Dengan memahami agama dan budaya lain, umat beragama dapat mengetahui silang budaya dan agama yang berbeda. Ini akan membantu mereka untuk membangun jembatan antara mereka dan orang lain dari agama dan budaya yang berbeda. Gereja juga mengajarkan bahwa umat beragama harus menghargai dan memahami perbedaan. Dengan menghargai dan memahami perbedaan antara umat beragama, mereka dapat berinteraksi dengan baik, dan menciptakan kebersamaan yang kuat. Hal ini penting karena perbedaan dapat dihargai dan diakomodasi. Dengan demikian, umat beragama dapat hidup bebas tanpa rasa takut dan keraguan. Gereja juga mengajarkan bahwa umat beragama harus menghargai dan menghormati budaya lain. Dengan menghargai dan menghormati budaya lain, umat beragama dapat menghormati dan menghargai satu sama lain, serta menghormati dan menghargai perbedaan. Dengan demikian, umat beragama dapat hidup aman dan damai dalam kebersamaan yang kuat. Dengan demikian, ajaran gereja tentang kebersamaan antar umat beragama adalah bahwa umat beragama harus saling menghormati, memahami, dan menghargai satu sama lain, serta menghormati dan menghargai budaya lain. Dengan melaksanakan ajaran ini, umat beragama dapat menciptakan dunia yang lebih baik dan lebih damai bagi semua orang. 4. Gereja mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan mereka dengan hormat. Ajaran Gereja tentang kebersamaan antar umat beragama adalah salah satu ajaran dasar yang dianut oleh Gereja. Gereja mengajarkan bahwa semua umat beragama harus saling bersahabat dan saling mendukung. Selain itu, Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan mereka dengan hormat. Gereja mengajarkan bahwa kita harus menghormati orang lain sebagai makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, dan kita harus menghormati semua agama dan keyakinan yang ada. Kita harus menghargai dan menghormati orang lain meskipun mereka berbeda dari kita. Kita harus menghormati dan menghargai kepercayaan mereka, dan tidak boleh memaksa mereka untuk berpikir atau berperilaku sesuai dengan keyakinan kita. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus saling menghormati dan menghargai antar umat beragama. Kita harus menghormati dan menghargai orang lain, meskipun kita berbeda agama. Kita harus berusaha untuk mencari titik temu dengan orang lain, membangun hubungan yang bermakna, dan menghormati hak-hak asasi manusia yang berlaku untuk semua orang. Kita juga harus selalu bersikap adil dan menghormati perbedaan yang ada. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus bersikap memaafkan dan menghormati pendapat orang lain, meskipun kita tidak sependapat dengan mereka. Kita harus menghargai hak-hak orang lain untuk berbicara, berpendapat, dan memilih. Kita harus bersikap toleran terhadap perbedaan antar umat beragama, dan memperlakukan mereka dengan hormat. Selain itu, Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan menghormati hak-hak mereka. Kita harus menghargai orang lain dan menghormati semua agama yang ada. Kita harus saling mendukung dan menghormati satu sama lain, dan menghargai hak-hak asasi manusia yang berlaku. Dengan demikian, Gereja mengajarkan bahwa kita harus menghormati dan menghargai orang lain, serta memperlakukan mereka dengan hormat. Gereja mengajarkan bahwa semua umat beragama harus saling bersahabat dan saling mendukung. Selain itu, Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus menghargai hak-hak asasi manusia, serta memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan toleransi. 5. Gereja mengajarkan bahwa kita harus meluangkan waktu untuk berdialog dengan orang lain, memberi kesempatan untuk bertukar pendapat, dan berdiskusi tentang perbedaan-perbedaan dalam agama. Ajaran Gereja tentang kebersamaan antar umat beragama mengajarkan kita untuk menghormati dan menghargai perbedaan agama dan mengetahui bahwa kita semua berada dalam satu komunitas. Gereja menyarankan agar semua orang menyadari perbedaan agama dan juga mengetahui bahwa agama itu merupakan hak asasi manusia yang harus dihormati dan dihargai. Dengan demikian, kita semua dapat saling menghargai dan mengakui perbedaan-perbedaan agama yang kita miliki. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus meluangkan waktu untuk berdialog dengan orang lain, memberi kesempatan untuk bertukar pendapat, dan berdiskusi tentang perbedaan-perbedaan dalam agama. Gereja menyarankan agar kita berkomunikasi dengan orang lain dari berbagai latar belakang agama dan melakukan dialog yang terbuka dan saling menghormati. Dengan berdialog, kita dapat mengetahui pandangan orang lain, menggali pengetahuan tentang agama lain dan menghormati perbedaan-perbedaan yang ada. Ini juga memungkinkan kita untuk bersama-sama menemukan titik temu di antara agama-agama yang berbeda dan menghormati keberagaman agama yang ada. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus mengembangkan pemahaman tentang agama lain dan berusaha untuk menghormati dan memahami pandangan mereka. Hal ini bertujuan untuk membangun hubungan yang baik dan berkelanjutan antar umat beragama. Gereja juga menyarankan agar kita menghormati dan memahami tradisi dan nilai-nilai yang melekat pada agama lain dan menghormati kepercayaan mereka yang berbeda dari kita. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus menghormati setiap orang tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang mereka. Gereja menyarankan agar kita melakukan tindakan nyata untuk menghormati keragaman dan menjaga martabat setiap individu. Hal ini termasuk menghindari diskriminasi berdasarkan agama, ras, atau latar belakang, dan menyebarkan rasa toleransi dan penerimaan antar umat beragama. Kesimpulannya, ajaran Gereja tentang kebersamaan antar umat beragama mengajarkan kita untuk menghormati, menghargai, dan berdialog dengan orang lain dari berbagai latar belakang agama. Gereja juga mengajarkan bahwa kita harus memahami pandangan orang lain dan berusaha untuk menghormati dan memahami tradisi dan nilai-nilai yang melekat pada agama lain. Akhirnya, Gereja mengajarkan bahwa kita harus menghormati setiap orang tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang mereka. 6. Gereja bertekad untuk membantu orang lain menemukan keselarasan, dan bersama-sama menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. Ajaran Gereja tentang kebersamaan antar umat beragama adalah bagian penting dari ajaran Gereja. Gereja percaya bahwa semua orang berhak mendapatkan perlakuan yang adil dan hormat meskipun mereka mungkin memiliki keyakinan agama yang berbeda. Gereja bertekad untuk membantu orang lain menemukan keselarasan dan bersama-sama menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. Gereja mengajarkan bahwa umat beragama dan kepercayaan lainnya harus saling menghormati dan mendukung satu sama lain. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus saling menghormati dan menghargai perbedaan, dan bahwa semua orang harus menghormati hak-hak agama dari orang lain. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus diperlakukan sama, tanpa memandang agama, ras, atau jenis kelamin. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati hak-hak dan pilihan pribadi orang lain. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati kepercayaan orang lain dan memahami bahwa semua orang memiliki hak untuk beribadah dan menghormati agama mereka tanpa harus menghadapi tekanan atau diskriminasi dari pihak lain. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus membangun hubungan yang kuat dan harmonis dengan orang lain, terlepas dari keyakinan agama mereka. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus bekerja sama untuk meningkatkan kualitas hidup dan hak-hak semua orang. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus bekerja sama untuk membangun perdamaian dan saling menghormati. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus berbagi nilai-nilai dan aturan yang terlibat dalam kehidupan beragama. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati dan memahami nilai-nilai agama lain, dan bahwa semua orang harus menghormati hak-hak dan pilihan pribadi orang lain. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus saling menghormati dan mempromosikan dialog antar umat beragama. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati perbedaan dan menghargai toleransi dan keberagaman. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus berusaha untuk bekerja sama untuk membangun perdamaian dan saling menghormati. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus berusaha untuk mengembangkan dan membantu pemahaman yang lebih baik tentang agama lain. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati hak-hak dan pilihan pribadi orang lain, dan bahwa semua orang harus bekerja sama untuk menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. Gereja bertekad untuk membantu orang lain menemukan keselarasan dan bersama-sama menciptakan suasana yang saling menghormati di antara umat beragama. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus saling menghormati, menghargai perbedaan, dan membangun hubungan yang kuat dan harmonis dengan orang lain, tanpa memandang agama, ras, atau jenis kelamin. Gereja mengajarkan bahwa semua orang harus menghormati hak-hak dan pilihan pribadi orang lain, dan menghormati kepercayaan orang lain. Gereja juga mengajarkan bahwa semua orang harus berusaha untuk membangun perdamaian dengan saling menghormati.
AjaranGereja tentang Ekaristi Label: bina iman. Gereja Katolik yang kudus mengajarkan bahwa pada saat Konsekrasi dalam Misa, roti dan anggur di altar sungguh-sungguh menjadi Tubuh, Darah, Jiwa dan Ke-Allah-an Yesus Kristus. Roti dan anggur sudah tidak ada lagi, meskipun wujudnya dan sifatnya tetap roti dan anggur.
. c7gzu4hwun.pages.dev/474c7gzu4hwun.pages.dev/477c7gzu4hwun.pages.dev/641c7gzu4hwun.pages.dev/957c7gzu4hwun.pages.dev/469c7gzu4hwun.pages.dev/78c7gzu4hwun.pages.dev/260c7gzu4hwun.pages.dev/300c7gzu4hwun.pages.dev/537c7gzu4hwun.pages.dev/124c7gzu4hwun.pages.dev/855c7gzu4hwun.pages.dev/316c7gzu4hwun.pages.dev/534c7gzu4hwun.pages.dev/742c7gzu4hwun.pages.dev/695
jelaskan ajaran gereja tentang keberagaman manusia