Tujuanutama dari komunikasi dengan bawahan adalah mengidentifikasi, menciptakan dan menjalin hubungan timbal balik yang menguntungkan antara pimpinan dengan bawahan. Komunikasi yang efektif ditentukan oleh pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu pimpinan dan bawahan. Pimpinan harus dapat memfasilitasi kondisi komunikasi interpersonal
Komunikasi atasan bawahan dalam organisasi merupakan hal yang sangat penting. Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil in tegrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok/organisasi itu selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting untuk kelangsungan hidup kelompok, yang terdiri dari pemimpin dan bawahan/karyawan. Di antara kedua belah pihak harus ada komunikasi dua arah untuk itu diperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok, untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Salah satu bentuk komunikasi tersebut adalah komunikasi atasan bawahan. Komunikasi atasan bawahan meliputi komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah transaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya, yang meliputi orang lain seperti teman, keluarga, anak, rekan kerja, dan bahkan orang asing Myers & Myers, 1992. Dalam lingkup organisasi, komunikasi interpersonal menentukan keberhasilan sebuah organisasi. Proses komunikasi yang terjadi di dalam organisasi khususnya yang menyangkut komunikasi antara pimpinan dan karyawan merupakan faktor penting dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif. Komunikasi efektif tergantung dari hubungan atasan bawahan yang memuaskan yang dibangun berdasarkan iklim dan kepercayaan atau suasana organisasi yang positif. Agar hubungan ini berhasil, harus ada kepercayaan dan keterbukaan antara atasan dan bawahan Muhammad, 2001. Keterbukan dan kepercayaan ini terbentuk dari proses komunikasi interpersonal yang efektif. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi dalam organisasi merupakan bentuk dari komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal yang baik akan membentuk komunikasi atasan bawahan yang baik pula. Pada penulisan selanjutnya, peneliti akan menggunakan istilah komunikasi atasan bawahan di mana komunikasi atasan bawahan ini telah meliputi komunikasi interpersonal. Definisi komunikasi atasan bawahan Komunikasi atasan bawahan dalam sebuah organisasi memiliki pengertian yaitu informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah Pace & Faules, 2000. Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para atasan atau para pemimpin kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawahan digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijakan umum. Tujuan komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan Muhammad, 2004. Jenis informasi yang dikomunikasikan ke bawah Menurut Katz dan Kahn dalam Purwanto 2003, komunikasi dari atas ke bawah mempunyai lima tujuan pokok, yaitu Memberikan pengarahan atau instruksi kerja tertentu. Tipe informasi ini memusatkan pada apa yang harus karyawan lakukan dan bagaimana melakukannya. Instruksi kerja yang berbentuk perintah, pengarahan, penjelasan dan deskripsi pekerjaan merupakan cara untuk menyampaikan informasi jenis ini. Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan. Tipe informasi ini bertujuan agar karyawan mengetahui bagaimana pekerjaan mereka berhubungan dengan tugas-tugas dan posisi lainnya dalam organisasi dan mengapa mereka melakukan pekerjaannya. Dengan kata lain, tipe informasi ini membantu karyawan mengetahui bagaimana pekerjaan mereka membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional. Karyawan diberikan informasi mengenai jumlah jam kerja, gaji, program pensiun, asuransi kesehatan, liburan dan ijin cuti, program insentif, penalti dan hukuman. Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada para karyawan. Informasi mengenai hasil kerja karyawan sangat penting dalam mempertahankan operasional perusahaan. Karyawan sering mengeluh, seperti mereka tidak tau bagaimana supervisor melihat performans mereka. Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai. Bentuk komunikasi atasan bawahan Bentuk komunikasi yang digunakan dalam komunikasi ke bawah Muhammad, 2004 Bentuk lisan rapat, diskusi, interview, telepon, sistem interkom, kontak interpersonal, laporan lisan, ceramah. Bentuk tulisan surat, memo, telegram, majalah, surat kabar, deskripsi pekerjaan, panduan pelaksaan pekerjaan, laporan tertulis, pedoman kebijaksanaan. Bentuk gambar grafik, poster, peta, film, slide. Faktor yang mempengaruhi komunikasi atasan bawahan Arus komunikasi dari atasan kepada bawahan tidaklah selalu berjalan lancar, tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain yaitu sebagai berikut Thoha, 2005 Keterbukaan. Kurangnya sifat terbuka antara pimpinan dan karyawan akan menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan dan gangguan dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus komunikasi ke bawah. Pimpinan mau memberikan informasi kebawah bila mereka merasa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas pesan tersebut tetap dipengangnya. Misalnya seorang pimpinan akan mengirimkan pesan untuk memotivasi karyawan guna menyempurnakan produksi, tetapi tidak mau mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-masalah organisasi. Kepercayaan pada pesan tulisan. Kebanyakan para pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan dan metode difusi yang menggunakan alat-alat elektronik daripada pesan yang disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan pimpinan lebih banyak menyampaikan pesan secara tertulis berupa buletin, booklet, dan film sebagai pengganti kontak personal secara tatap muka antara atasan dan bawahan. Pesan yang berlebihan. Banyaknya pesan-pesan yang dikirimkan secara tertulis maka karyawan dibebani dengan memo, buletin, surat pengumuman, majalah dan pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali pesan-pesan yang harus dibaca oleh karyawan. Reaksi karyawan terhadap pesan tersebut biasanya cenderung tidak membacanya. Banyak karyawan hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap penting bagi dirinya dan yang lain dibiarkan saja tidak dibaca. Ketepatan waktu. Ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan. Pesan seharusnya dikirimkan ke bawah pada saat saling menguntungkan kepada kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan. Tetapi bila pesan yang dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin akan mempengaruhi kepada efektifitasnya. Penyaringan. Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan tidaklah semua diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan. Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor diantaranya perbedaan persepsi di antara karyawan, jumlah mata rantai dalam jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada seorang supervisor mungkin memblok supervisor. Dimensi komunikasi atasan-bawahan Persoalan utama dalam komunikasi atasan bawahan adalah sejauh mana komunikasi atasan dan bawahan dapat berjalan dengan efektif atau tidak. Apabila hasil yang didapat sama dengan tujuan yang diharapkan maka hasil komunikasi dinyatakan efektif, jika hasil yang didaptkan lebih besar dari tujuan yang diharapkan maka komunikasi dapat dikatakan sangat efektif, tetapi apabila hasil yang didapatkan lebih kecil dari tujuan yang diharapkan, maka dapat dikatakan bahwa komunikasi tidak atau kurang efektif. komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpretasikan pesan yang diterimanya sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim Thoha, 2005. Komunikasi atasan bawahan yang efektif dapat dianalisis dengan menggunakan beberapa dimensi berikut ini Thoha, 2005 Intensi. Komunikasi yang efektif jika diarahkan secara langsung untuk menyempurnakan pelaksanaan pekerjaan dan lebih menjadikan pegawai sebagai harta milik perusahaan yang paling berharga. Komunikasi semacam ini tidak bersifat hal-hal pribadi dan seharusnya tidak berkompromi dengan perasaan-perasaan pribadi, harga diri, dan cita-cita pribadi. Komunikasi yang efektif hanyalah mengurusi atau hanya diarahkan pada aspek-aspek pekerjaan pegawai. Kekhususan. Komunikasi yang efektif dirancang untuk membekali penerima dengan informasi yang khusus sehingga mereka mengetahui apa yang seharusnya dikerjakan untuk suatu situasi yang benar. Suatu komunikasi yang tidak efektif jikalau bersifat umum dan meninggalkan tanda tanya bagi penerimanya. Misalnya mengatakan pada pegawainya bahwa pekerjaannya jelek, tanpa ada penjelesasan apanya yang jelek, mengapa dia menilai jelek dan sebagainya. Deskriptif. Komunikasi yang efektif dapat dilakukan dengan lebih bersifat deskriptif dibandingkan dengan yang bersifat evaluatif. Ini berarti hendakanya memberikan penjelasan mengenai pelaksanaan pekerjaan, diceritakan kepada pegawai apa-apa yang telah dikerjakan dalam bahasa yang objektif, dan tidak dikemukan hal-hal yang bersifat penilaian yang cenderung menggunakan dasar-dasar pertimbangan yang subjektif. Kemanfaatan. Karakteristik ini meminta agar setiap komunikasi mengandung informasi yang dapat dipergunakan oleh pegawai untuk memperbaiki dan menyempurkan pekerjaannya dengan memberikan petunjuk atau latihan untuk menambah kecakapannya. Tepat waktu. Komunikasi yang efektif jika terdapat pertimbangan-pertimbangan yang memperhitungkan faktor waktu yang tepat. Kesiapan. Para pegawai hendaknya mempunyai kesiapan untuk menerima informasi tersebut. Dalam hal ini, setiap komunikasi hendaknya diperhitungkan apakah pegawai yang akan diberi informasi sudah siap atau belum. Kejelasan. Komunikasi dapat dimengerti secara jelas oleh penerima. Suatu cara yang baik untuk mengetahui hal ini ialah membuktikan secara langsung dengan meminta kepada penerima untuk menyataan secara pokok-pokok apa yang telah dibicarakan bersama. Cara lain ialah dengan melihat ekspresi raut muka sebagai salah satu indikator adanya pengertian. Validitas. Komunikasi hendaknya dapat dipercaya dan sah, memberikan informasi dengan benar dan tidak membiarkan pegawai memperbaiki kesalahan dengan informasi yang salah. Dampak komunikasi efektif Dampak komunikasi efektif dalam organisasi dapat disimpulkan yakni Pace &Faules, 2000 Komunikasi meningkatkan motivasi karyawan dengan cara menginformasikan dan mengklarifikasi bawahan mengenai tugas yang harus dikerjakan, perilaku yang diharapkan dalam melakukan tugasnya, dan bagaimana memperbaiki performans bawahan. Komunikasi merupakan sumber bagi anggota organisasi dalam proses pembuatan keputusan, membantu mengindentifikasi dan memperkirakan tindakan alternative dalam pemecahan masalah. Komunikasi dapat mengubah sikap individual. Individual yang diberikan Informasi memiliki sikap yang lebih baik dibandingkan dengan individual yang tidak mendapatkan informasi. Komunikasi membantu dalam hal sosialisasi peraturan perusahaan. Komunikasi dapat berperan dalam hal proses kontrol. Komunikasi mengontrol perilaku anggota organisasi dalam berbagai cara. Ada beberapa level hirarki dan peraturan yang harus diikuti oleh karyawan dalm organisasi. Karyawan harus mematuhi peraturan organisasi, menunjukan performa kerja yang efisien dan mengkomunikasi masalah yang dihadapi kepada atasannya. Oleh karena itu, komunikasi membantu dalam mengontrol fungsi manajemen. Hambatan komunikasi Hambatan atau gangguan merupakan sifat yang melekat pada komunikasi. Hambatan dapat menghalangi pengirim dalam mengirimkan pesan dan penerima dalam menerima pesan. Sehingga membuat pesan yang disampaikan pengirim berbeda dengan pesan yang diterima di penerima Curtis, Floyd& Winsor, 2005. Menurut Curtis, Floyd& Winsor 2005, jenis hambatan komunikasi adalah Hambatan fisik Faktor fisik dari pengirim dapat menjadi hambatan dalam komunikasi. Misalnya gangguan kesehatan suara serak, kecepatan bicara dan intonasi suara. Faktor fisik dari lingkungan juga dapat menjadi hambatan dalam komunikasi. Misalnya gangguan alat komunikasi, suara mobil atau pesawat yang lewat, dengungan komputer, suara genset, dll. Hambatan psikologis Faktor psikologis sering kali menjadi hambatan dalam komunikasi. Umumnya disebabkan oleh si pengirim. Sebelum berkomunikasi, tidak mengkaji/melihat kondisi sipenerima. Komunikasi sulit untuk berhasil jika saat berlangsungnya komunikasi tersebut, penerima sedang sedih, bingung marah, kecewa, iri hati, dan kondisi psikologis lainnya; juga jika penerima menaruh prasangka kepada pengirim. Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi, karena orang yang sudah berprasangka belum apa-apa sudah bersikap menentang pengirim. Apalagi kalau prasangka itu sudah berakar, seseorang tdk dapat lagi berpikir objektif, dan apa saja yang dilihat atau didengarnya selalu akan dinilai negatif. Hambatan dalam proses komunikasi Hambatan dari sipengirim, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi si pengirim itu sendiri. Hal ini sering dipengaruhi oleh perasaan atau situasi emosional dari si pengirim ketika mengirimkan pesan. Hambatan dari sipenerima, seperti kurangnya perhatian pada saat menerima atau mendengarkan pesan tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut. Hambatan dalam memberikan umpan balik. Umpan balik yang diberikan tidak apa adanya, tidak tepat waktu, tidak jelas, dan sebagainya. Hambatan semantik Menyangkut bahasa yang dipergunakan pengirim sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada penerima . Seorang pengirim harus benar-benar memperhatikan hambatan semantis ini, sebab salah ucap dapat menimbulkan salah pengertian yang pada akhirnya bisa menimbulkan salah komunikasi. Seringkali pengirim salah ucap karena berbicara terlalu cepat sehingga ketika pikiran dan perasaan belum mantap terformulasikan, kata-kata sudah terlanjur dilontarkan. Hambatan semantis ini kadang-kadang disebabkan pula oleh aspek antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyinya dan tulisannya, tetapi memiliki makna yang berbeda. Salah komunikasi adakalanya disebabkan oleh pemilihan kata yang tidak tepat dan kata-kata yang sifatnya konotatif. Disini sama sekali tidak boleh ada faktor pribadi yang melatar belakangi pemberian perintah tersebut. 2) Bawahan yang menerima perintah harus segera melaporkan kepada atasan langsungnya mengenai perintah yang diterimanya dan tindakan, langkah atau usaha yang dilakukannya berkenaan dengan perintah itu. Dengan dua langkah tambahan tersebut, maka

Abstract Gaya Komunikasi Pemimpin dan Motivasi Kinerja menjadi penting peranannya dalam meningkatkan Kinerja Pegawai, namun fakta menunjukkan perbedaan yaitu terjadi ketimpangan dari ketiganya, sehingga semuanya menjadi tidak jelas. Jenis penelitian terpilih metode kualitatif, dengan jenis data primer data utama dan didukung data sekunder, teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Instrumen penelitian meliputi peneliti, interview guide, recorder, kamera dan field note. Teknik dalam menentukan informan menggunakan snowball sampling. Analisa data digunakan reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Teknik triangulasi digunakan untuk menguji keabsahan data. Hasil penelitian gaya komunikasi pemimpin berbentuk The Controlling style, ditandai dengan adanya maksud untuk membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pemikiran dan tanggapan orang lain, dikenal sebagai komunikasi satu dan pada umumnya dalam bentuk kritik. Sedangkan motivasi kerja pegawai kurang baik. Faktor pendukung meliputi motivasi kerja yang lahir dari internal pegawai, tingkat pendidikan dan pengalaman pegawai, komunikasi antar pegawai yang berjalan dengan baik, lingkungan kerja yang nyaman, sarana dan pra-sarana yang memadai dan tingginya partisipasi dari masyarakat. Faktor penghambat ialah gaya komunikasi pemimpin yang kurang efektif dan adanya gap antara lurah dan pegawai. Maka menimbulkan dampak ; koordinasi antara pimpinan dan bawahan tidak berlangsung dengan baik, hubungan antara pimpinan dan bawahan menjadi kurang harmonis. Kata Kunci Gaya Komunikasi Pemimpin, Motivasi Kerja

berhubungandengan Hubungan Masyarakat. 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dalam Ilmu Komunikasi khususnya Hubungan Masyarakat sebagai bahan perbandingan antara teori dan penerapan yang di lakukan pada perusahaan. 2. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan pemikiran
Proposisiyang dihasilkan dari hasil pembahasan adalah 1.Interaksi yang dilakukan pimpinan kepada bawahan dengan menggunakan gaya komunikasi pimpinan partisipatif dalam menyampaikan informasi maupun pesan mampu meningkatkan motivasi bawahan dalam pelayanan publik. 2.Gaya komunikasi pimpinan yang diterapkan kepada bawahan mendapat dukungan penuh
duaarah antara atasan dan bawahan dengan motivasi kerja pada Polisi Bintara Polresta Yogyakarta. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara model komunikasi dua arah antara pimpinan dan bawahan dengan motivasi kerja karyawan. Hasil penelitian ini adalah untuk membangun dan mengembangkan khasanah kepustakaan Hasilpenelitian menunjukkan: Pertama, hubungan antara variabel komunikasi antarpribadi pimpinan-bawahan dengan variabel kesetiaan kepada lembaga Ma‟had Abu Ubaidah bin Al-Jarrah Medan Sumatera Utara tertera angka 0.336**. Hubungan kedua variabel adalah positif dan signifikan. Kedua, hubungan antara variabel kepuasan kerja dengan variabel
Atasandan bawahan ibaratkan garis vertikal. Di mana atasan memiliki wewenang yang lebih tinggi dan memiliki kuasa untuk memerintah apapun kepada bawahannya. Namun jabatan bukanlah hal yang membatasi hubungan baik seorang pimpinan dengan bawahan. Agar karyawan menjadi nyaman, jadilah seorang bos yang ramah dan mau membantu.
antarapimpinan dengan karyawan diperlukan adanya koordinasi. Koordinasi dapat diperoleh melalui suatu komunikasi. Hal ini sangat ditentukan oleh gaya ko-munikasi yang digunakan pimpinan dalam sebuah lem - baga atau perusahaan. Gaya komunikasi pimpinan diwujudkan melalui gaya kerja atau cara bekerjasama dengan orang lain secara konsisten. Selainkomunikasi, hubungan yang baik antara pimpinan dan bawahan sangatlah penting karena dapat membuat mereka merasa sangat dihargai dan dihormati sebagai pekerja sehingga dapat memotivasi mereka untuk bekerja lebih baik dan tekun. .
  • c7gzu4hwun.pages.dev/643
  • c7gzu4hwun.pages.dev/260
  • c7gzu4hwun.pages.dev/398
  • c7gzu4hwun.pages.dev/119
  • c7gzu4hwun.pages.dev/40
  • c7gzu4hwun.pages.dev/161
  • c7gzu4hwun.pages.dev/812
  • c7gzu4hwun.pages.dev/769
  • c7gzu4hwun.pages.dev/85
  • c7gzu4hwun.pages.dev/808
  • c7gzu4hwun.pages.dev/531
  • c7gzu4hwun.pages.dev/465
  • c7gzu4hwun.pages.dev/344
  • c7gzu4hwun.pages.dev/864
  • c7gzu4hwun.pages.dev/89
  • hubungan antara pimpinan dan bawahan disebut komunikasi