KerisNaga Sasra sabuk Inten Panjang Corok
Mendapat serangan yang tiba-tiba, Mahesa Jenar menjadi terkejut pula. Ternyata meskipun orang itu tidak dapat menguasai pernafasannya dengan baik, tetapi ia mempunyai keistimewaan pula. Mendengar desing golok yang terayun deras sekali, Mahesa Jenar barulah dapat mengukur kekuatan tenaga orang asing itu. Ketika golok itu sudah hampir menyinggung tubuhnya, segera Mahesa Jenar berkisar sedikit, serta meloncat selangkah ke samping. Dengan demikian golok yang tak mengenai sasarannya itu terayun deras sekali, sehingga oran gyang memegangnya agak kehilangan keseimbangan. Dalam keadaan yang demikian Mahesa Jenar segera meloncat maju dan menangkap pergelangan tangan orang itu, langsung diputarnya ke belakang. Dengan sekali dorong, orang itu telah jatuh tertelungkup dan tidak dapat bergerak lagi, kecuali berdesis menahan siapa?,” tanya Mahesa Jenar geram. Tetapi orang itu tidak menjawab. Demikianlah sampai Mahesa Jenar mengulangi pertanyaan itu dua kali. Akhirnya Mahesa Jenar menjadi jengkel dan menekan punggung orang itu semakin kuat serta memutar tangan yang terpuntir itu semakin keras, sehingga orang itu mengaduh kau tak menjawab, tanganmu akan aku patahkan,” desak Mahesa Jenar. Rupanya orang itu pun masih merasa perlu memiliki tangan sehingga dengan terpaksa menjawab, Quote“Aku adalah Sagotra.” “Apa maksudmu mengintai kami? ” desak Mahesa Jenar lebih lanjut. Kembali orang itu diam saja. Mahesa Jenar menjadi semakin jengkel, dan ia menekan orang itu lebih keras lagi, sehingga orang itu mengaduh lebih keras Atau tanganmu betul-betul patah.” Mahesa Jenar makin geram. “Tak ada gunanya kau memaksa aku berkata lebih banyak lagi", jawabnya. Rupa-rupanya ia harus merahasiakan tugasnya betul-betul, sehingga sampai ke ajalnya kalau perlu. “Keadaanku sudah pasti, berkata atau tidak berkata, aku akan menemui kematian. Karena itu biarlah aku mati dengan menggenggam rahasia,” sambung orang itu. Mahesa Jenar kagum juga melihat kejantanan orang itu, sampai berani menantang maut. Tetapi ia ingin untuk mendapat keterangan tentang maksud orang itu, yang pasti tidak baik. Maka setelah mendapat suatu cara ia berkata, Quote“Baiklah, kalau kau tidak mau berkata. Aku hormati kejantananmu. Tetapi janganlah tanggung-tanggung. Aku ingin melihat pameran kesetiaan. Kau pernah mendengar cerita, bahwa di daerah ini banyak terdapat Ngangrang Salaka…?” Mendengar Mahesa Jenar menyebut Ngangrang Salaka, tengkuk orang itu serentak meremang. Jantungnya berdegup hebat, sampai tubuhnya terasa gemetar. Ngangrang Salaka adalah sejenis semut ngangrang yang luar biasa buas serta rakusnya. Binatang apapun yang sampai terperosok ke sarangnya pasti hancur dimakannya. Keluarga semut itu membuat sarang di bawah pohon-pohon yang sudah membusuk, dengan memerlukan tanah 10 atau 15 langkah persegi. Tubuh semut itu besarnya tidak terpaut banyak dengan semut ngangrang biasa, hanya warnanya yang merah mempunyai beberapa baris-baris putih perak. Mahesa Jenar merasakan, bahwa kata-katanya mempunyai akibat pada orang itu. Dengan demikian ia melanjutkan, Quote“Kalau kau belum pernah mendengar, baiklah kau akan aku perkenalkan dengan semut itu. Tetapi sebelumnya lebih baik kalau kakimu aku patahkan dulu supaya kau tidak dapat lari darinya.” Selesai mengucapkan kata-kata itu, segera Mahesa Jenar melepaskan tangan orang itu. Tetapi segera pula menangkap lipatan lutut kaki kanan, sedangkan tangan Mahesa Jenar siap mematahkan pergelangan kaki kirinya, dijepitkan pada lipatan lutut kaki jangan…!” teriak orang itu tiba-tiba. “Bunuhlah aku dengan cara lain. Tetapi aku jangan kau siksa di sarang semut Salaka”. “Itu adalah urusanku. Sekehendakkulah untuk memilih cara bagaimana sebaiknya membunuh kau,” jawab Mahesa Jenar. TAMPAKNYA Mahesa Jenar betul-betul akan melaksanakan ucapannya itu, karenanya maka kembali orang itu berteriak, Quote“Jangan, jangan, bunuhlah aku dengan cara lain.” Kembali Mahesa Jenar tertawa dingin. “Seorang yang telah berani menyatakan dirinya sebagai pengemban tugas, seharusnya tidak takut menghadapi segala macam bahaya.” “Aku sama sekali tidak takut mati. Tetapi cara kematian yang demikian adalah mengerikan sekali. Lepaskan aku dan biarlah aku bunuh diri,” teriak orang itu. Kembali Mahesa Jenar mengagumi orang itu, tetapi keterangan yang diperlukan harus didapatnya. Maka katanya, Quote"Kalau kau mau berkata, aku beri kau kebebasan untuk memilih jalan kematian." Lagi orang itu diam menimbang-nimbang. Rupanya terjadi pergolakan hebat di dalam dirinya. Baru ketika Mahesa Jenar menekan pergelangan kakinya ia berteriak, Quote"Baiklah aku berkata asal aku dibebaskan dari siksaan ngangrang Salaka." "Baiklah…, berkatalah," jawab Mahesa Jenar. Lalu dilepaskannya pergelangan kaki orang itu, dan ia melangkah satu langkah surut. Mengalami perlakuan yang demikian, orang itu ternyata sangat terkejut. Ia tidak tahu maksud lawannya yang dengan begitu saja telah melepaskan tangkapannya. Sehingga untuk beberapa saat ia tetap tertelungkup tanpa bergerak, sampai Mahesa Jenar menegurnya, Quote"Duduklah dan berkatalah." Kembali ia tersentak mendengar tegur Mahesa Jenar. Perlahan-lahan ia bangkit dan duduk di hadapan Mahesa Jenar. Sementara itu Mahesa Jenar telah pula duduk menghadapi orang yang menamakan dirinya Sagotra. Sagotra memandang Mahesa Jenar dengan mata yang hampir tak berkedip. Rupanya ia sedang mencoba memahami sikapnya. Mula-mula Sagotra menganggap bahwa Mahesa Jenar adalah seorang yang bengis dan kejam, seperti yang tiap-tiap hari dilihat di dalam tata pergaulannya. Tetapi kemudian seperti orang yang sama sekali tidak menaruh prasangka apa-apa, ia dilepaskan. Kalau hal itu disebabkan karena keyakinan akan kemenangannya, pastilah ia tidak bersikap sedemikian lunak. Mungkin ia sudah diangkatnya tinggi-tinggi, diputar di udara, lalu dibantingnya ke tanah. Barulah setelah setengah mati, disuruhnya ia berkata. Atau mungkinkah segala-galanya akan dilakukan nanti setelah ia selesai berkata? Sebab menurut pertimbangannya, tidaklah mungkin orang yang melakukan pengintaian seperti apa yang dilakukannya itu akan dilepaskan, karena akibatnya akan membahayakan. Mengingat hal itu, Sagotra menjadi ngeri. Mahesa Jenar menangkap kebimbangan hati "berkatalah, Aku hanya ingin keteranganmu, lebih daripada itu tidak.” Sagotra sama sekali tidak mengerti maksud Mahesa Jenar. Tetapi meskipun demikian ketakutannya menjadi jauh berkurang. Menilik sikap, kata-kata serta maksudnya, pastilah Mahesa Jenar bukan orang yang bengis dan kejam. Karena itu Sagotra menjadi malu kepada diri sendiri. Bahwa orang yang dipercaya untuk melakukan tugas ini dapat luluh hatinya hanya oleh gertakan saja. Tetapi disamping itu ia menjadi kagum pada Mahesa Jenar yang mempunyai sifat-sifat yang tak pernah dijumpainya dalam tata pergaulan di sarangnya. Tiba-tiba saja ia merasa kengerian dan kejemuan untuk dapat bertemu dengan gerombolannya kembali, yang tidak pernah merasakan betapa indahnya hidup manusia yang dapat menikmati terbitnya fajar, serta bulatnya bulan. Serta betapa tenteramnya hidup ini apabila ia berkesempatan mengagungkan alam. Lebih-lebih penciptanya, Tuhan Yang Maha Agung. Hal yang demikian tidaklah pernah dialami selama Sagotra hidup di dalam sarang gerombolannya, dimana setiap saat hanyalah berlaku hukum kekerasan dan pembunuhan bagi mereka yang tidak mentaati katanya kemudian, “Benarkah Tuan yang bernama Rangga Tohjaya?” Mahesa Jenar mengangguk mengiakan. “Aku telah mendapat tugas untuk mencari Tuan,” lanjutnya. Kembali Mahesa Jenar mengangguk perlahan. “Sekarang aku sudah kau ketemukan,” kata Mahesa Jenar. “Ya, aku sudah menemukan Tuan. Tetapi keperkasaan Tuan jauh diatas dugaanku. Sehingga Tuan tanpa menoleh dapat melihat kedatanganku.” “Tetapi kenapa kau tidak berbuat sesuatu pada saat kau temukan aku? Bahkan kau hanya mengintip lalu pergi?” Sagotra membetulkan duduknya, lalu jawabnya, “Memang, aku hanya mendapat perintah untuk menemukan tempat Tuan. Sesudah itu aku harus melaporkan. Sebab kami yakin, bahwa untuk menangkap Tuan diperlukan 10 sampai 20 orang yang tergolong tingkat atasan dalam gerombolan kami.” “Kau ini sebenarnya termasuk gerombolan apa?” tanya Mahesa Jenar kemudian. Kembali orang itu ragu-ragu. Dengan menyebutkan nama gerombolannya, mungkin sangat tidak menguntungkan baginya. Tetapi ketika ia melihat wajah Mahesa Jenar yang sama sekali tidak memancarkan rasa permusuhan, hatinya agak tenang sedikit.
SinetronNAGASASRA SABUK INTEN Part 12 (Indosiar Version)Sinetron NAGA SASRA SABUK INTEN (Indosiar Version) NAGA SASRA SABUK INTEN Suroloyo, Puncak Para Dewa di Pegunungan Menoreh, Kulonprogo NAGA SASRA SABUK INTEN _AJIAN SASRA BIRAWA vs AJIAN KELABANG SAYUTA Sandiwara Radio Api di Bukit Manoreh Seri 026 Puteri Cadar (Seri I Jilid 1) admin Manajemen Strategis Jilid 2" 3 barang. Buku Manajemen Strategis Jilid 2 Edisi 12 Kasus Strategic Management Fred R David SALEMBA EMPAT. Rp133.425. 5 Terjual 2 Bandung. Balebat Shop. Original bekas mulus Manajemen Pemasaran suatu pendekatan strategis dengan orientasi global edisi kedua jilid 2 Boyd. Rp69.000. Jakarta Timur .
  • c7gzu4hwun.pages.dev/322
  • c7gzu4hwun.pages.dev/72
  • c7gzu4hwun.pages.dev/789
  • c7gzu4hwun.pages.dev/287
  • c7gzu4hwun.pages.dev/614
  • c7gzu4hwun.pages.dev/581
  • c7gzu4hwun.pages.dev/639
  • c7gzu4hwun.pages.dev/795
  • c7gzu4hwun.pages.dev/665
  • c7gzu4hwun.pages.dev/622
  • c7gzu4hwun.pages.dev/40
  • c7gzu4hwun.pages.dev/690
  • c7gzu4hwun.pages.dev/778
  • c7gzu4hwun.pages.dev/460
  • c7gzu4hwun.pages.dev/530
  • naga sasra sabuk inten jilid 10