Dan aku berlindung pula kepada Engkau, ya Rabbku, dari kedatangan setan-setan itu kepadaku") dalam perkara-perkaraku, karena sesungguhnya mereka datang hanya dengan membawa keburukan belaka.. Tafsir Ibnu Katsir. Firman Allah Swt.: Dan katakanlah, "Ya Tuhanku, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan." (Al Mu'minun: 97)Pertanyaan Banyak doa yang berasal dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam, tapi saya kesulitan untuk menghafalkan semuanya. Karena kemampuan hafalan saya lemah. Ada doa yang terdapat dalam kitab Riyadus Solihin’ bab ke tujuh belas hadits no. 1492. Saya sangat kagum dan saya ingin fokus dan menghafalkannya. Apakah dia termasuk hadits shahih, apakah hanya menghafal doa ini saja sudah cukup? Ini teks doanya اللهم إني أسألك من خير ما سألك منه نبيك محمد صلى الله عليه وسلم وأعوذ بك من شر ما استعاذ منه نبيك محمد صلى الله عليه وسلم، وأنت المستعان وعليك البلاغ ولا حول ولا قوة إلا بالله “Ya Allah, saya memohon kepada-Mu dari kebaikan apa yang dimohon oleh Nabi-Mu Muhammad sallallahu alaihi wa sallam kepada-Mu dan saya berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang diminta perlindungan Nabi-Mu Muhammad sallallahu alaihi wa sallam. Hanya kepada-Mu memohon pertolongan dan Engkau yang menyampaikan. Tiada daya dan kekuatan melainkan kepada Allah.” Teks Jawaban Aisyah radhiallahu anha sesungguhnya Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam mengajarkan kepada beliau doa ini اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ، عَاجِلِهِ وَآَجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ، وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَاذَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ، اللهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ ، وَأَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ تَقْضِيهِ لِي خَيْرًا رواه أحمد في مسنده، رقم 24498، وابن ماجة في سننه، رقم 3846 ، وصححه الألباني في صحيح الجامع، رقم 1276 “Ya Allah, saya memohon kepadaku semua kebaikan yang disegerakan maupun yang ditunda. Apa yang saya ketahui maupun tidak saya ketahui. Saya berlindung kepada-Mu dari semua keburukan, baik yang disegerakan maupun yang ditunda, yang saya ketahui maupun yang tidak saya ketahui. Ya Allah, sungguh saya memohon kepada-Mu dari kebaikan apa yang diminta oleh hamba dan Nabi-Mu Muhammad sallallahu alai wa sallam kepada-Mu dan saya berlindung kepada-Mu dari apa yang diminta perlindungan oleh hamba dan nabi-Mu. Ya Allah, saya memohon kepada-Mu surga dan apa yang mendekatkan kepadanya baik berupa ucapan maupun perbuatan. Dan saya berlindung kepada-Mu dari neraka dan apa yang mendekatkan kepadanya baik berupa ucapan atau perbuatan. Dan saya memohon kepada-Mu semua takdir yang Engkau tentukan baik untukku.” HR. Ahmad di Musnad, 24498. Ibnu Majah di Sunannya, 3846. Dinyatakan shahih oleh Albani dalam kitab Shohih Al-Qur’anJami’, 1276 Sementara teks berikut ini اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَأَنْتَ المُسْتَعَانُ، وَعَلَيْكَ البَلَاغُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فقد رواه الترمذي، رقم 3521 والبخاري في الأدب المفرد، رقم 679، وضعفه الألباني في ضعيف الترمذي “Ya Allah kami memohon kepada-Mu dari kebaikan apa yang diminta oleh Nabi-Mu Muhammad sallallahu alaihi wa sallam. Dan kami berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang diminta perlindungan oleh Nabi-Mu Muhammad sallallahu alaihi wa sallam. Hanya kepada-Mu meminta pertolongan dan Engkau yang menyampaikan. Tiada daya dan kekuatan melainkan Allah. telah diriyawatkan oleh Tirmizi, 3521. Bukhari di Adab Mufrad, 679 dan dinyatakan lemah oleh Albani dalam kitab Dhoif At-Tirmizi Yang menjadi sandaran adalah redaksi pertama. Di dalamnya cukup menggantikan redaksi kedua. Dianjurkan untuk menghafalkan, dan memperbanyak doa dengannya. Karena ia termasuk doa yang lengkap. Meskipun anda berdoa dengan redaksi kedua juga tidak mengapa. Telah ada jawaban pertanyaan di no. 179426. Bahwa doa kalau baik, tepat, artinya benar. Maka diperbolehkan berdoa dengannya meskipun diriwayatkan dalam hadits yang lemah. Doa ini termasuk di antara doa yang lengkap. Bahkan bisa jadi terlengkap. Karena di dalamnya ada permintaan semua kebaikan dan meminta perlindungan dari semua keburukan. Kemudian dengan tegas meminta yang terbaik yaitu surga dan amalan-amalan sholeh yang mendekatkan ke surga. Dan meminta perlindungan dari kejelekan yang terbesar yaitu neraka dan kemaksiatan yang mendekatkan kepadanya. Mulla Ali Al-Qori dalam kitab Mirqotul Mafatih, 1739 mengatakan, “Doa yang terlengkap dari doa yang ada adalah … Kemudian menyebutkan doa ini. Selesai Al-Manawi dalam kitab Faidul Qodir, 2/162 mengatakan, “Hulaimi mengatakan, “Ini termasuk kata-kata yang ringkas dan padat, dimana syari’ menganjurkan untuk berdoa dengannya. Karena ketika dia berdoa dengannya, maka dia telah meminta kepada Allah semua kebaikan. Dan berlindung kepada-Nya dari semua kejelekan. Kalau orang yang berdoa hanya meminta kebaikan itu sendiri atau menolak kejelekan itu sendiri, maka dia kurang dalam melihat dirinya.“ Terdapat riwayat bahwa Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu biasanya berdoa dengan doa ini setelah tasyahud dalam shalat. Dan mengajarkannya kepada orang-orang. Al Hafidz Ibnu Hajar telah mengatakan dalam kitab Fathul Bari, “Terdapat riwayat doa yang diucapkan setelah tasyahud beberapa riwayat, yang terbaik adalah apa yang diriwayatkan oleh Said bin Mansur dan Abu Bakar bin Abi Syaibah dari jalan Umair bin Sa’d. biasanya Abdullah –maksudnya Ibnu Mas’ud- mengajarkan kepada kami tasyahud dalam shalat kemudian mengatakan, “Ketika salah seorang diantara kamu telah selesai dari tasyahud maka katakan, اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُك مِنْ الْخَيْر كُلّه مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَم ، وَأَعُوذ بِك مِنْ الشَّرّ كُلّه مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَم . اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُك مِنْ خَيْر مَا سَأَلَك مِنْهُ عِبَادك الصَّالِحُونَ ، وَأَعُوذ بِك مِنْ شَرّ مَا اِسْتَعَاذَك مِنْهُ عِبَادُك الصَّالِحُونَ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً “Ya Allah saya memohon kepada-Mu semua kebaikan apa yang saya ketahui dan apa yang tidak saya ketahui. Saya berlindung kepada-Mu dari semua keburukan apa yang saya ketahui dan apa yang tidak saya ketahui. Ya Allah saya memohon kepada-Mu dari kebaikan apa yang diminta oleh hamba-Mu orang-orang sholeh dan saya berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa yang diminta berlindung oleh hamba-Mu orang-orang sholeh. Ya Allah Tuham kami keruniakan kepada kami kebaikan di dunia.” Dia Ibnu Mas’ud berkata, “Tidaklah seorang nabi maupun orang soleh berdoa dengan sesuatu melainkan telah masuk dalam doa ini.” Doa ini cukup untuk yang lainnya. Kalau seorang muslim berdoa dengannya, maka dia akan mendapatkan kebaikan yang agung. Tidak mengapa orang muslim mencukupkan dengannya. Kalau tidak mampu doa lengkap lainnya dan berat baginya untuk mengahafalkannya. Kalau dia mampu, maka tidak diragukan lagi yang lebih baik baginya menghafal doa lengkap apa yang diajarkan dari Nabi sallallahu alaihi wa sallam dan menfariasikannya sesuai dengan kemampuannya. Berdoa untuk dirinya –juga- dengan apa yang dikehendaki dari kebaikan dunia dan akhirat. Wallahu a’lam Tawakalkepada Allah SWT semata adalah menyerahkan diri dan segala urusan hanya kepada Allah SWT. Perintah tawakal dapat ditemui di beberapa ayat dalam Al-Quran. Satu di antaranya terdapat di dalam QS. At-Taubah:51. Menurut ayat tersebut, dapat disimpulkan bahwa iman akan menjadi sempurna apabila tawakal hanya dilakukan kepada Allah SWT. 2
BERLINDUNG DIRI DARI MAKHLUK HALUSOleh Ustadz Rizal Yuliar Putrananda LcPembaca yang dirahmati Allah Azza wa Jalla , meyakini adanya jin atau setan merupakan bagian dari ajaran agama Islam yang mulia ini. Alam mereka para jin sama sekali berbeda dengan alam manusia meskipun keduanya diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla untuk satu tujuan yaitu beribadah hanya kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirmanوَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِDan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. [adz-Dzâriat/5156]Manusia tidak dapat melihat jin atau setan dengan kasat mata. Namun, mereka dapat melihat manusia. Allah Azza wa Jalla berfirmanاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَSesungguhnya dia setan dan anak keturunan dari bangsanya dapat melihat kalian sementara kalian tidak dapat melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu sebagai pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.[al-A`râf/727]Setan adalah musuh manusia yang selalu berupaya menjauhkan mereka dari jalan Allah Azza wa Jalla yang lurus. Setan mengajak para pengikutnya untuk menemaninya di Neraka sa`ir. Allah Azza wa Jalla berfirmanاِنَّ الشَّيْطٰنَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوْهُ عَدُوًّاۗ اِنَّمَا يَدْعُوْا حِزْبَهٗ لِيَكُوْنُوْا مِنْ اَصْحٰبِ السَّعِيْرِۗSesungguhnya setan adalah musuh bagi kalian, maka jadikanlah ia musuh kalian, sesungguhnya setan-setan itu mengajak para pengikutnya agar menjadi penghuni neraka sa`ir yang menyala-nyala”.[Fâthir/356]Kebiasaan setan adalah mengelabui manusia, menghalangi dari kebaikan dan kebenaran. Dan menggelincirkan manusia dalam kesesatan adalah sumpahnya di hadapan Allah Azza wa Jalla . Allah Azza wa Jalla berfirman tentang ucapan Iblisقَالَ فَبِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَۙ – ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَIblis berkata, “Karena Engkau ya Allah telah menghukumku untuk tersesat, maka sungguh aku akan menghalang-halangi manusia dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian aku akan mendatangi menggoda mereka dari hadapan dan dari belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka, dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur taat”.[al-A`râf/716-17]Mereka ada dimana-mana, siap menjadikan manusia sebagai mangsa kesesatannya. Berbagai metode ditempuh agar manusia jauh dari tauhid dan terjebak dalam lumpur kesyirikan atau kubangan dosa kemaksiatan. Semoga Allah Azza wa Jalla menjaga kita dari setiap keburukan. Amîn“Tahayul” Menggangu Kenyamanan Hati Mari kita perhatikan komentar-komentar berikut “Hati-hati lho, ini tempat angker, hih…!”, “Awas, jangan-jangan, ada penunggunya..!?“, “Jangan sembarangan ah, aku takut mereka marah…!”, “Kalau mau selamat, berikan dulu sesajian…!”, “Hih…, tempat itu ngeri.!”. Semua ini adalah tebak reka penulis terhadap kalimat-kalimat yang mungkin diucapkan oleh sebagian orang saat berada di tempat-tempat yang dianggap seram. Demikian itu sebagai ungkapan rasa takut dan kekhawatiran mendapat celaka yang terjadi atas diri mereka di tempat tersebut. Bukan rahasia, yang mereka takuti itu adalah para jin atau setan yang dianggap dapat memberikan madharat celaka pada kondisi-kondisi tertentu. Parahnya, setelah ketakutan itu menghantui diri manusia yang lemah tauhid, sering kali mereka berlindung dari celaka dan ketakutan dengan cara-cara yang dapat merusak kesucian tauhid, bahkan memusnahkannya. Mereka menyandarkan diri kepada berbagai bentuk sesajen; sesajian berbungkus mistik kelam untuk meredam ketakutan mereka dan mencari ketenangan. Tanpa mereka sadari, tauhid dalam jiwa mereka rusak, seakan tiada mengenal Allah Azza wa Jalla . Padahal, tak satupun yang berhak diminta perlindungannya selain Allah Azza wa Jalla yang Maha Kuasa. Tiada satu pun yang mampu memberikan perlindungan selain Allah Azza wa Jalla yang Maha Agung lagi Maha segalanya. Satu hal yang dapat melegakan kita bahwa setan, binatang buas, manusia atau siapapun tidaklah dapat mendatangkan manfaat atau menimpakan madharrat melainkan dengan izin Allah Azza wa Jalla . Allah Azza wa Jalla berfirmanقُلْ مَنْ رَّبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِۗ قُلِ اللّٰهُ ۗقُلْ اَفَاتَّخَذْتُمْ مِّنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَ لَا يَمْلِكُوْنَ لِاَنْفُسِهِمْ نَفْعًا وَّلَا ضَرًّاۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الْاَعْمٰى وَالْبَصِيْرُ ەۙ اَمْ هَلْ تَسْتَوِى الظُّلُمٰتُ وَالنُّوْرُ ەۚ اَمْ جَعَلُوْا لِلّٰهِ شُرَكَاۤءَ خَلَقُوْا كَخَلْقِهٖ فَتَشَابَهَ الْخَلْقُ عَلَيْهِمْۗ قُلِ اللّٰهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُوَ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ“Katakanlah “Siapakah Rabb langit dan bumi?” katakan, jawabnya “Allah”. Katakanlah, “Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindung bagimu dari selain Allah, padahal mereka tidak memiliki manfaat dan madharrat bagi diri mereka sendiri?!”… apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah untuk menciptakan seperti ciptaan-Nya, sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?!”. Katakanlah “Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Rabb yang Maha Esa lagi Maha Perkasa”. [ar-Ra`du/1316]Maka hendaknya fenomena tahayul tak bermutu seperti ini dicermati dengan seksama dan diluruskan. Tujuannya, agar langkah setiap Muslim sesuai dengan pandangan syariat Islam yang benar dan sejalan dengan tauhid yang diserukan oleh Rasulullâh Shallallahu alaihi wa sallam dan segenap rasul sebelum beliau, dan agar tauhid ini tetap terjaga kemurniannya serta tidak tercemar dengan hal-hal beraroma syirik yang mendatangkan kebinasaan bagi Tauhid yang Lemah Karena lemahnya benteng tauhid dan dangkalnya ilmu Agama, sebagian kaum Muslimin masih larut dalam tahayul yang diwariskan dari masa ke masa. Akibatnya, bermunculan generasi rapuh tauhid yang mudah takut kepada bangsa jin dan setan, kemudian mencari perlindungan dari selain Allah Azza wa Jalla . Apabila mereka berada di tempat yang dianggap angker, atau melewati tempat berhawa menyeramkan, maka sontak bulu kuduk berdiri, keringat dingin membasahi dahi hingga ke ujung-ujung kaki. Mereka takut terjadi petaka pada diri mereka akibat jin penunggu tempat tersebut tidak merestui kehadiran mereka. Bagi sebagian orang, membakar “kemenyan” dan membaca “jampi mantera” tententu dapat membuat jin-jin itu tenang dan lebih akrab. Sebagian lain yang tidak sempat membakar kemenyan atau membaca mantera, mereka gemetar sambil memohon perlindungan kepada para jin untuk bisa menerima kehadiran mereka, dan meminta agar tidak menggangu atau mencelakai. Allah Azza wa Jalla berfirmanوَّاَنَّهٗ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْاِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًاۖ“Dan sesungguhnya sebagian di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa di kalangan bangsa jin, maka para jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan”. [al-Jin/72 6]Pada masa jahiliyah, ada keyakinan bahwa apabila seseorang akan melewati suatu lembah atau bermalam di sebuah tempat, dia akan merasakan ketakutan, kemudian berkata atau berteriak menyerukan “Aku berlindung kepada penguasa lembah ini dari bangsa jin yang mengganggu?!”. Yakni berlindung kepada penguasa jin di tempat tersebut dari para jin yang mengganggu.[1] Namun, tidaklah permohonan lindungan dari jin itu dilakukan melainkan akan menambah semakin dahsyat ketakutan dan kelemahannya di hadapan jin. Karena itu para Ulama sepakat[2] bahwa memohon perlindungan dari jin hukumnya haram, bahkan justru akan menambah rasa takut serta kegelisahan hati. Sungguh, akibatnya dia akan semakin merasakan takut luar biasa, padahal dia berharap agar dijauhkan dari rasa takut itu. Sebagian Ulama menjelaskan bahwa manusia menjadikan jin semakin jahat dan congkak ketika mereka memohon perlindungan kepada para jin dan mereka menjadikan manusia semakin dihantui rasa takut terhadap para jin.[3]Macam-macam Takut Para Ulama menjelaskan bahwa takut terbagi menjadi beberapa macam; Pertama Takut yang berkedudukan sebagai ibadah, yaitu takut kepada Allah Azza wa Jalla semata. Ini adalah salah satu ibadah hati. Allah Azza wa Jalla berfirmanوَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهٖ جَنَّتٰنِۚ“Dan orang yang takut akan saat menghadap Rabbnya baginya ada dua syurga”. [ar-Rahman/55 46]Kedua Takut yang bernilai syirik, yaitu seorang hamba yang takut kepada selain Allah Azza wa Jalla ; seperti takut kepada jin, mayat, atau selainnya sebagaimana takutnya kepada Allah Azza wa Jalla atau bahkan lebih. Allah Azza wa Jalla berfirmanاِنَّمَا ذٰلِكُمُ الشَّيْطٰنُ يُخَوِّفُ اَوْلِيَاۤءَهٗۖ فَلَا تَخَافُوْهُمْ وَخَافُوْنِ اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ“Sesungguhnya mereka adalah setan yang menakuti para pengikutnya, maka jangan takut terhadap mereka para setan, dan hanya takutlah kepada-Ku jika kalian benar-benar beriman”. [ali `Imrân/3 175]Ketiga Takut yang bernilai maksiat, yaitu ketakutan seorang hamba dari para manusia yang mengakibatkan dia meninggalkan kewajiban atau melakukan kemaksiatan. Padahal, kondisi itu belum sampai pada kategori teror paksaan. Maka, ini adalah takut yang bernilai maksiat. Allah Azza wa Jalla berfirmanفَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ“Janganlah takut kepada manusia, takutlah hanya kepada-Ku..” [al-Maidah/5 44]Keempat Takut yang wajar sebagai tabiat manusia, sebagaimana ketakutannya kepada musuh, binatang buas, ular berbisa atau semisalnya. Takut jenis ini dimaklumi dengan syarat tidak lebih hanya sekedar takut atau khawatir yang sewajarnya. Allah Azza wa Jalla berfirman tentang Nabi Musaفَاَصْبَحَ فِى الْمَدِيْنَةِ خَاۤىِٕفًا “Karena itu Musa menjadi takut khawatir di kota itu, dia menunggu dengan cemas dan khawatir…”.[al-Qashâsh/28 18 dan 21]Kelima takut sang pengecut, yaitu takut yang tidak beralasan atau dengan alasan yang tidak masuk akal. Ini adalah takut yang tidak terpuji, pelakunya berhak disebut pengecut. Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam berlindung diri dari perangai ini. Oleh karena itu, iman yang sempurna, tawakkal dan keberanianlah yang dapat mencegah dari perangai tersebut.[4]Kerjasama Jin dan Manusia Berakibat Adzab Di Neraka Allah Azza wa Jalla adalah Rabb kita, tiada tempat bernaung selain-Nya, tiada tempat bersandar dari berbagai kesulitan dan kesempitan selain Dia k , tiada yang disembah selain Allah Azza wa Jalla . Maka, tidaklah pantas disembah, dimintai doa dan dimintakan perlindungan, atau ditakuti selain Allah Azza wa Jalla . Demi mencapai kesenangan yang semu dan sesaat, masih didapatkan sebagian orang mengambil jalan pintas dengan menjalin kerjasama dengan bangsa setan yang terkutuk. Allah Azza wa Jalla berfirmanوَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيْعًاۚ يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ قَدِ اسْتَكْثَرْتُمْ مِّنَ الْاِنْسِ ۚوَقَالَ اَوْلِيَاۤؤُهُمْ مِّنَ الْاِنْسِ رَبَّنَا اسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍ وَّبَلَغْنَآ اَجَلَنَا الَّذِيْٓ اَجَّلْتَ لَنَا ۗقَالَ النَّارُ مَثْوٰىكُمْ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اِلَّا مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۗاِنَّ رَبَّكَ حَكِيْمٌ عَلِيْمٌDan di hari Allah menghimpun mereka semua Allah berfirman “Hai jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan jin dari golongan manusia “Wahai Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami telah mendapatkan kesenangan dari sebagian yang lain, dan kami telah sampai kepada waktu yang Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman “Neraka itulah tempat tinggal kalian, kalian kekal di dalamnya, kecuali jika Allah menghendaki yang lain”. Sesungguhnya Rabb kalian Maha bijaksana lagi Maha mengetahui”.[al-An`âm/6128]Dalam ayat ini digambarkan bahwa sebagian dari jin dan manusia telah mendapatkan pelayanan satu sama lain. Jin merasa senang karena manusia mentaatinya, menyembahnya, dan mengagungkannya, bahkan memohon perlindungan darinya. Sementara manusia senang karena mendapatkan tujuan-tujuannya dengan bantuan jin agar hawa nafsunya terpenuhi. Jadi, sesungguhnya manusia telah menyembah jin kemudian jin memberikan pelayanannya kepada manusia dan tercapai sebagian hajat duniawinya.[5] Allah Azza wa Jalla juga berfirmanوَمَنْ يَّعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمٰنِ نُقَيِّضْ لَهٗ شَيْطٰنًا فَهُوَ لَهٗ قَرِيْنٌ – وَاِنَّهُمْ لَيَصُدُّوْنَهُمْ عَنِ السَّبِيْلِ وَيَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ مُّهْتَدُوْنَ“Dan barangsiapa yang berpaling dari mengingat Allah Yang Maha penyayang, Kami jadikan baginya setan yang menyesatkan. Maka, setan itu menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan sesungguhnya para setan itu benar-benar menghalangi mereka dari jalan yang benar, dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk”. [ az-Zukhruf/4336-37]Lihatlah bagaimana Allah Azza wa Jalla memastikan kesesatan dan menjadikan neraka sebagai tempat pembalasan bagi orang-orang yang telah menjadikan jin sebagai pelindung yang diagungkan, ditakuti, ditaati dan dinanti perkara-perkara gaib darinya. `Iyâdzan billâhBagaimana Seharusnya Berlindung? Kepada siapa meminta perlindungan dari gangguan setan? Hakekat memohon perlindungan adalah lari menghindar dari sesuatu yang ditakuti menuju siapapun yang dapat memberikan perlindungan dan keselamatan.[6] Ketahuilah sesungguhnya memohon perlindungan hanya kepada Allah Azza wa Jalla berpasrah diri kepada-Nya dari segala keburukan. Allah Azza wa Jalla berfirmanقُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ – مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ Katakanlah “Aku berlindung kepada Rabb Yang menguasai al-Falaq. Dari kejahatan makhluk-Nya”.[al-Falaq/1131-2]قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙKatakanlah “Aku berlidung kepada Rabb Yang memelihara dan menguasai manusia”.[an-Nâs/1141]Setiap perbuatan atau perkataan yang di dalamnya terdapat permintaan adalah ibadah. Maka, memohon perlindungan adalah suatu bentuk ibadah.[7] Dengan demikian, tidak dibenarkan hal itu ditujukan kepada selain Allah Azza wa Jalla, karena itu adalah perbuatan syirik. Jadi, mengharap kebaikan hanya kepada Allah Azza wa Jalla . Dialah Yang Maha menghidupkan, mematikan dan membangkitkan. Allah Azza wa Jalla berfirmanوَاتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اٰلِهَةً لَّا يَخْلُقُوْنَ شَيْـًٔا وَّهُمْ يُخْلَقُوْنَ وَلَا يَمْلِكُوْنَ لِاَنْفُسِهِمْ ضَرًّا وَّلَا نَفْعًا وَّلَا يَمْلِكُوْنَ مَوْتًا وَّلَا حَيٰوةً وَّلَا نُشُوْرًاMereka mengambil sesembahan-sesembahan selain Allah Azza wa Jalla untuk disembah, sesembahan-sesembahan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk menolak suatu madharat dari diri mereka dan tidak pula dapat memberi suatu manfaat, dan juga tidak kuasa mematikan atau menghidupkan dan tidak pula membangkitkan. [al-Furqân/253]“Perlu diketahui bahwa suatu bentuk permintaan dapat berbeda predikat dan ragamnya tergantung siapa yang diminta. Apabila pihak yang diminta setara dengan yang meminta maka disebut mencari iltimâs, apabila yang diminta lebih rendah maka itu disebut perintah. Namun, apabila yang diminta lebih tinggi maka disebut memohon berdoa. Tidak diragukan bahwa seorang yang memohon perlindungan, dia tengah meminta kepada yang lebih tinggi darinya…”[8]. Allah Azza wa Jalla memerintahkan kita agar memohon perlindungan dari gangguan setan hanya kepada-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirmanوَقُلْ رَّبِّ اَعُوْذُ بِكَ مِنْ هَمَزٰتِ الشَّيٰطِيْنِ ۙ –وَاَعُوْذُ بِكَ رَبِّ اَنْ يَّحْضُرُوْنِDan katakanlah “wahai Rabbi, aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan godaan setan. Dan aku berlindung pula kepada Engkau Ya Rabbi, dari kedatangan mereka kepadaku”. [al-Mukminûn/2397-98]وَاِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطٰنِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُDan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. [Fussilat/4136]Seorang Mukmin hendaknya berlindung kepada Allah Azza wa Jalla semata dari segala keburukan yang menimpanya, baik dari pertemuan dengan para setan, kehadiran mereka yang mengejutkan, ajakan kesesatan, bisikan ataupun godaan mereka untuk berbuat kemaksiatan. Apabila Allah Azza wa Jalla melindungi hamba-Nya dari keburukan ini dan mengabulkan permohonannya, maka dia akan selamat dari segala celaka dan keburukan, serta diberikan taufik untuk melakukan segala Ada Tuntunannya Dalam Islam Islam adalah agama yang sempurna. Tiada satupun permasalahan yang menjadi petaka bagi manusia disebabkan Islam belum menjelaskannya. Terlebih jika perkara itu terkait erat dengan konsistensi tauhid seorang hamba. Pastilah Islam menjauhkan kaum Mukminin dari berbagai kesyirikan. Dengan Islam ketentraman akan datang, keselamatan akan selalu menyertai, tauhid akan menjadi penyejuk hati yang mendamaikan hidup dan menerangi setiap langkah mereka. Berlindung dari apapun yang membahayakan kita hanya kepada Allah Azza wa Jalla adalah cerminan tauhid. Lihatlah bagaimana Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam memberikan keteladanan kepada kita selaku خَوْلَة بِنْتِ حَكِيمٍ السُّلَمِيَّةِ قَالَتْ سَمِعْتُ رَسُوْلَ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ مَنْ نَزَلَ مَنْزِلاً ثُمَّ قاَلَ “أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ”، لَمْ يَضُرَّهُ شَيْئٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ Dari Khaulah binti Hakim as-Sulamiyyah Radhiyallahu anha ia berkata aku telah mendengar Rasulullâh Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Barangsiapa singgah di sebuah tempat dan dia membaca ” أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ “ aku berlindung dengan firman-firman Allah yang sempurna dari keburukan apapun yang telah Allah ciptakan, maka tiada satu pun dapat mencelakakannya hingga dia meninggalkan tempat tersebut”. Dalam riwayat lain disebutkan dengan bentuk perintah “Jika salah seorang di antara kalian singgah di sebuah tempat hendaklah ia membaca….!!”.[9]Inilah syariat Islam dalam memohon perlindungan. Yakni agar berlindung kepada Allah Azza wa Jalla dengan firman-firman-Nya yang sempurna, yang tiada kekurangan atau aib padanya. Bukan berlindung kepada para jin, setan atau mantera azimat dukun, sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang di zaman ini yang ternyata tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh kaum jahiliyah. Itu adalah perbuatan syirik karena memohon perlindungan adalah ibadah padahal ibadah hanyalah ditujukan kepada Allah Azza wa Jalla semata. Allah Azza wa Jalla berfirmanقُلْ اَتَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ مَا لَا يَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَّلَا نَفْعًا ۗوَاللّٰهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ“Katakanlah “Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi madharrat kepadamu dan tidak pula memberi manfaat?” dan Allah-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui”. [al-Mâidah/5 76]Ibnul Qayyim rahimahullah berkata “Barangsiapa menyajikan sembelihan untuk setan, berdoa kepadanya, memohon bantuan dan lindungan darinya, mendekatkan diri kepada setan dengan sesuatu yang setan sukai, maka sungguh dia telah menyembah setan itu sekalipun dirinya tidak menamakan hal tersebut sebagai ibadah…”.[10]Bahkan Islam telah mengajarkan semua petunjuk berlindung dari berbagai hal yang mungkin menimbulkan bahaya kepada kita termasuk dari gangguan para setan. Mari kita cermati baik-baik doa dan dzikir-dzikir berikut ini. Semua telah diajarkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam “اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ” مُسْلِمٌYa Allah, aku berlindung kepada-Mu dari setan laki-laki dan setan perempuan. [Doa masuk WC HR. Muslim]“أَعُوْذُ بِاللهِ الْعَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ” أَبُوْ دَاوُدَAku berlindung kepada Allah Yang Maha agung, dengan wajah-Nya yang mulia, kekuasaan-Nya yang terdahulu dari godaan setan yang terkutuk”. [Doa masuk Masjid HR Abu Dâwud]” اللَّهُمَّ اعْصِمْنِيْ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ” ابْنُ مَاجَهَ“… ya Allah, lindungi aku dari setan yang terkutuk”. [Bagian dari doa keluar Masjid HR Ibnu Mâjah]أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لاَمَّةٍAku memohon perlindungan kepada Allah bagi kalian berdua dengan firman-firman Allah yang sempurna dari gangguan setan dan binatang, serta dari bahaya sihir `ain yang tajam. [Doa perlindungan bagi Anak HR al-Bukhâri]بِاسْمِ اللَّهِ اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبْ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا Dengan menyebut nama Allah . Ya Allah, hindarkan kami dari setan. Jauhkan setan dari anak yang Engkau karuniakan kepada kami” [Doa berkumpul dengan isteri HR al-Bukhâri, Muslim]أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ الَّتِي لاَ يُجَاوِزُهُنَّ بَرٌّ وَلاَ فَاجِرٌ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ وَ رَأَ وَبَرَأَ وَمِنْ شَرِّ مَا يَنْزِلُ مِنْ السَّمَاءِ وَمِنْ شَرِّ مَا يَعْرُجُ فِيهَا وَمِنْ شَرِّ مَا ذَرَأَ فِي اْلأَرْضِ وَمِنْ شَرِّ مَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمِنْ شَرِّ فِتَنِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمِنْ شَرِّ كُلِّ طَارِقٍ إِلاَّ طَارِقًا يَطْرُقُ بِخَيْرٍ يَا رَحْمَنُ Aku berlindung dengan firman-firman Allah yang sempurna, yang tidak bisa ditembus oleh para hamba yang shalih apalagi yang fasik, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan yang turun dari langit atau yang naik ke atas langit, serta dari segala kejahatan makhluk di bumi. Juga dari kejahatan yang keluar dari perut bumi, dari kondisi buruk kekacauan di siang dan malam, serta dari kejahatan tamu di tengah malam, kecuali yang bermaksud baik, wahai ar-Rahmân Sang Penyayang…” [Doa mengusir setan jahat HR. Ahmad]Dan masih banyak lagi contoh-contoh tuntunan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bagi kita selaku umatnya dalam berlindung diri dari berbagai keburukan setan. Barangsiapa menghidupkan sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dalam memohon perlindungan kepada Allah Azza wa Jalla , maka sungguh dia telah mencerminkan tauhid dirinya kepada Allah Azza wa Jalla .Beberapa hikmah yang dapat dipetik dari pembahasan singkat di atasIslam mengajarkan umatnya untuk mempercayai adanya bangsa jin dan setan. Agar diwaspadai godaannya, bukan untuk ditakuti madharratnya, sebab tidak ada yang kuasa memberikan manfaat atau madharrat selain dengan izin Allah Azza wa Jalla .Gangguan dan godaan setan mungkin datang kapan saja, namun seorang Mukmin dapat menghadapi dengan kekuatan tauhidnya yaitu berlindung kepada Rabb Azza wa Jalla Yang Maha dibenarkan takut kepada setan, apalagi meminta perlindungan kepada setan dari gangguannya. Karena yang demikian adalah syirik. Ketakutan itu justru akan menambah kejahatan dan kecongkakan setan terhadap manusia, setan akan menyiksa manusia dan membuat mereka semakin gelisah serta tempat-tempat seram yang bertuan “jin” serta takut karenanya adalah tahayul yang merusak kesucian tauhid. Karena pada saat itu dia seakan lupa akan perlindungan dan kekuasaan Allah Azza wa Jalla terhadap para hamba yang memohon perlindungan dari-Nya Azza wa bagi seorang Mukmin untuk memahami klasifikasi “takut” sebagaimana dijelaskan para Ulama, agar dirinya dapat menempatkan segala sesuatu pada memohon perlindungan hanya kepada Allah Azza wa Jalla semata, baik dari gangguan setan atau dari keburukan apapun karena itulah cerminan atau barter jasa dan manfaat dengan para jin untuk mendapatkan sekelumit kenikmatan duniawi adalah kesyirikan yang akan berujung adzab Allah Azza wa Jalla .Islam telah menuntun umatnya untuk segala kebaikan, mengokohkan tauhidnya dan menjauhkan diri dari kesyirikan yang akan menyengsarakannya di dunia dan di Allah Azza wa Jalla senantiasa membimbing setiap langkah kita, menjadikan kita hamba-Nya yang bertauhid di manapun kita berada, menerangi setiap lembaran hidup kita dengan pelita ilmu. Melimpahkan kebaikan dan kebahagiaan di dunia dan di akherat. Amîn[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XIII/1431H/2010M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _____ Footnote [1] Fathul-Majîd 196, Taisîrul-`Azîzil-Hamîd 176-177, At-Tamhîd 171, Al-Qaulul-Mufîd 162. Lihat juga kitab-kitab tafsir dalam penjabaran makna ayat di atas [2] Kesepakatan ini disebutkan dalam Fathul-Majîd 196 [3] Al-Qaulul-Mufîd 162 [4] Al-Qaulul-Mufîd fî Adillatit-Tauhîd 110-113 [5] Taisîrul-`Azîzil-Hamîd 177, lihat juga tafsir Sa`di [6] Taisîrul-`Azîzil-Hamîd 175, At-Tamhîd 167 [7] .At-Tamhîd 168 [8] At-Tamhîd 168 [9] Keduanya diriwayatkan oleh Imam Muslim [10] Dinukil dari Taisîrul-`Azîzil-Hamîd hlm 179. Lihat Badâi`ul-Fawâid 2/461 Home /A3. Tauhid Perintah Pertama/Berlindung Diri Dari Makhluk...
AdzDzariyât: [51: 50] yang artinya: "Maka segeralah lari (kembali) kepada Allah. Sungguh aku seorang pemberi peringatan yang jelas dari Allah untukmu.". Dalam ayat tersebut kita diperintahkan untuk lari (kembali) kepada Allah dengan cara berlindung kepada-Nya. Hal itu bisa diwujudkan dengan banyak berdoa dan mengadu dalam munajat bersama
Jakarta - Surah An-Nas adalah surah ke-114 dan menjadi surah penutup dalam mushaf Al-Quran. Surah An-Nas diturunkan bersamaan dengan surah Al-Falaq sehingga disebut juga dengan Al-Mu' dari enam ayat, surah An-Nas tergolong dalam surah Makkiyah. An-Nas artinya manusia, kata An-Nas diambil dari ayat pertama surah penjelasan tentang manusia, selain surah An-Nas, manusia juga disebutkan dalam ayat Al-Quran lain. Salah satunya adalah surah An-Nisa ayat 1 yang berbunyiيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًاArtinya "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." QS. An-Nisa 1Berikut ini surah An-Nas Ayat 1-6, Arab, latin dan terjemahannyaقُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ - ١Arab-latin qul a'ụżu birabbin-nāsArtinya "Katakanlah, "Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,"مَلِكِ النَّاسِۙ - ٢Arab-latin malikin-nāsArtinya "Raja manusia,"اِلٰهِ النَّاسِۙ - ٣Arab-latin ilāhin-nāsArtinya "sembahan manusia,"مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ - ٤Arab-latin min syarril-waswāsil-khannāsArtinya "dari kejahatan bisikan setan yang bersembunyi,"الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ - ٥Arab-latin allażī yuwaswisu fī ṣudụrin-nāsArtinya "yang membisikkan kejahatan ke dalam dada manusia,"مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ࣖ - ٦Arab-latin minal-jinnati wan-nāsArtinya "dari golongan jin dan manusia."Makna dan tafsir dari surah An-Nas ayat 1-6 menurut Tafsir Kemenag ialah dalam ayat tersebut Allah memerintahkan Nabi Muhammad termasuk umatnya agar memohon perlindungan kepada Tuhan yang menciptakan hingga menjaga kelangsungan hidup manusia dengan nikmat dan kasih sayang-Nya serta memberi peringatan kepada mereka dengan manusia ialah yang mengatur semua urusan mereka dan Dia Maha kaya sehingga tidak membutuhkan mereka. Sembahan manusia, Tuhan yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Itulah Tuhan yang patut disembah dan diminta berlindung kepada Allah dari kejahatan bisikan setan yang bersembunyi pada diri manusia dan selalu bersamanya layaknya darah yang mengalir di dalam tubuhnya. Yang membisikkan kejahatan dan kesesatan ke dalam dada manusia dengan cara yang halus, lihai, licik dan menjanjikan secara SWT menerangkat dalam ayat terakhir surah An-Nas tentang godaan tersebut, yakni bisikan setan yang tersembunyi yang ditiupkan ke dalam dada manusia yang mungkin datangnya dari jin. Dan juga dari golongan manusia yang telah menjadi budak amalkan membaca surah An-Nas agar terhindar dari godaan setan dan juga jin. Simak Video "Permintaan Maaf Wanita Simpan Al-Qur'an Dekat Sesajen-Akui Tertarik Islam" [GambasVideo 20detik] lus/row
YaAllah Sesungguhnya hanya kepadaMu aku memohon dan meminta sesuatu.. Hanya kepadaMulah ku serahkan hidup dan matiku Ya Rabb Hamba mohon perlindunganMu dari
Ibadah Isti’dzah Isti’adzah adalah meminta perlindungan kepada sesuatu yang mampu melindungi orang tersebut dari segala bahaya. Orang yang berlindung ini menyerahkan keselamatannya kepada sesuatu yang dimintai perlindungan. Isti’adzah ini adalah salah satu jenis ibadah yang tidak boleh dipalingkan atau diberikan kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Dalilnya ? Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ “Katakanlah aku berlindung kepada rabb yang menguasai subuh” QS. al Falaq 1 Dan Allah subhanahu wa ta’ala juga berfirman, قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ “Katakanlah “Aku berlindung kepada Rabb yang memelihara dan menguasai manusia” QS. AnNas 1 Makna Ayat Kedua ayat ini menerangkan bahwa isti’adzah atau meminta perlindungan itu ditujukan hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tidak boleh seseorang ber isti’adzah atau meminta perlindungan kepada selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Barangsiapa yang meminta perlindungan kepada kuburan atau berhala atau apa saja selain Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka ia telah menjadi orang yang musyrik menduakan Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam ibadah. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, وَأَنَّهُ كَانَ رِجَالٌ مِنَ الْإِنْسِ يَعُوذُونَ بِرِجَالٍ مِنَ الْجِنِّ فَزَادُوهُمْ رَهَقًا “Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari kalangan jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan” QS. al Jinn 6 Cara Berlindung Isti’adzah Yang Benar Berkata Dr. Shalih al Fauzan _hafidzahullah_ “Dahulu orang-orang jahiliyah jika mereka tiba di sebuah tempat, maka salah seorang mereka mengatakan “Aku berlindung dengan pimpinan dari lembah ini”. Yang dia maksudkan adalah Jin yang paling besar dan psling kuatnya. Dia berlindung dengan jin tersebut untuk menghindarkan diri dari kejelekan para pengikutnya. Maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda dalam rangka untuk membantah hal tersebut dan menjelaskan apa yang disyariatkan sebagai pengganti amalan jahiliyah tadi, مَنْ نَزَلَ مَنْزِلًا ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِك “Barangsiapa yang turun di sebuah tempat, kemudian dia berdo’a, َ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah Yang Sempurna dari kejelekan makhluk yang Dia ciptakan” Maka tidak akan ada sesuatupun yang dapat membahayakannya sampai dia meninggalkan tempat tersebut”. HR. Muslim 2708 dari hadits Khaulah bintu hakim _radhiyallahu anha Inilah pengganti cara beristi’adzah yang benar yaitu berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna sebagai pengganti dari berlindung kepada para jin [ Syarh al Ushul Ats Tsalatsah karya Dr. Shalih al Fauzan hal, 147-148 Sumber rujukan Syarh Tsalatsatil Ushul karya Syeikh Utsaimin Syarh al Ushul Ats Tsalatsah karya Dr. Shalih al Fauzan Wallahu a’lam Abu Ubaidillah al Atsariy Muharram 1438Tidaklahditerima tauhid seorang hingga seorang hanya bergantung kepada Allah, dan tidak bergantung kepada selain-Nya.Syaikh Muhammad Ash-Shon'ani berkata.. Saturday, July 23, 2022. Tentang Kami; Donasi; ADVERTISEMENT. Berlindung dari Hilangnya Nikmat. May 16, 2022. Aqidah dan Tauhid. Penjelasan Tath-hiirul I'tiqad - Pembagian Tauhid Barangsiapa yang bergantung kepada selain Allah, niscaya dia akan ditelantarkan. Sebab hanya Allah satu-satunya tempat berlindung, meminta keselamatan, dan tumpuan harapan. Allah, Rabb yang menguasai segenap langit dan bumi, tidak ada satupun makhluk yang luput dari kekuasaan dan ilmu-Nya. Segala manfaat dan madharat berada di tangan-Nya. Maka sungguh mengherankan apabila manusia yang lemah bersandar kepada sesama makhluk yang lemah pula, mengapa dia tidak menyandarkan urusannya kepada Allah ta’ala yang maha kuasa ?Bukankah setiap hari, di setiap kali sholat, bahkan dalam setiap raka’at sholat kita selalu membaca ayat yang mulia, Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’; hanya kepada-Mu ya Allah kami beribadah, dan hanya kepada-Mu kami meminta pertolongan… Oleh sebab itu bagi seorang mukmin, tempat menggantungkan hati dan puncak harapannya adalah Allah semata, bukan selain-Nya. Kepada Allah lah kita serahkan seluruh urusan kita… Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan kepada Allah saja hendaknya kalian bertawakal, jika kalian benar-benar beriman.” QS. al-Ma’idah 23. Ayat yang mulia ini menunjukkan kewajiban menggantungkan hati semata-mata kepada Allah, bukan kepada selain-Nya. Tawakal adalah ibadah. Barangsiapa menujukan ibadah itu kepada selain Allah maka dia telah melakukan kemusyrikan lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 256Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupi kebutuhannya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Dia pasti akan mencukupinya…” QS. ath-Thalaq 3. Ayat yang agung ini menunjukkan bahwasanya tawakal merupakan salah satu sebab utama untuk bisa mendapatkan kemanfaatan maupun menolak kemadharatan. Tawakal adalah kewajiban dan ibadah. Barangsiapa yang menujukan ibadah ini kepada selain Allah maka dia telah berbuat kemusyrikan lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 260Salah satu bentuk perbuatan bergantung kepada selain Allah adalah dengan meminta perlindungan dan keselamatan hidup kepada selain Allah, entah itu jin, penghuni kubur ataupun yang lainnya. Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Janganlah kamu menyeru kepada selain Allah, sesuatu yang jelas tidak menjamin manfaat maupun madharat kepadamu, apabila kamu tetap melakukannya niscaya kamu termasuk golongan orang-orang yang zalim.” QS. Yunus 106. Mendatangkan manfaat dan menolak madharat adalah kekhususan yang dimiliki Allah. Barangsiapa yang berdoa kepada selain Allah dan dia meyakini bahwasanya yang dia seru itu menguasai kemanfaatan dan kemadharatan sebagai sekutu bagi Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat kemusyrikan lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 104Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Dan apabila Allah menimpakan kepadamu suatu bahaya maka tidak ada yang bisa menyingkapnya selain Dia, dan apabila Dia menghendaki kebaikan bagimu maka tidak ada yang bisa menolak keutamaan dari-Nya. Allah timpakan musibah kepada siapa saja yang Dia kehendaki, dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” QS. Yunus 107. Ayat yang agung ini menunjukkan bahwa menyingkap keburukan/bahaya dan mendatangkan manfaat merupakan kekhususan Allah azza wa jalla. Barangsiapa yang mencari hal itu dari selain Allah sesungguhnya dia telah berbuat kemusyrikan lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 105Ini semua menunjukkan kepada kita bahwa kesempurnaan iman dan tauhid seorang hamba ditentukan oleh sejauh mana ketergantungan hatinya kepada Allah semata dan upayanya dalam menolak segala sesembahan dan tempat berlindung selain-Nya. Kalau Allah yang menguasai hidup dan mati kita, lalu mengapa kita gantungkan hati kita kepada jin dan benda-benda mati yang tidak menguasai apa-apa?!Penulis Abu Mushlih Ari WahyudiArtikel Alumni S1 Biologi UGM, Alumni Ma'had Al Ilmi Yogyakarta, penulis kitab "At Tashil Fi Ma'rifati Qawa'id Lughatit Tanzil". Kasihanilahaku, ya Allah, kasihanilah aku, sebab kepada-Mulah jiwaku berlindung; dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung, sampai berlalu penghancuran itu. (Mzm. 57:2) Seekor induk ayam yang sedang mencari makan melihat seekor tikus mendekati kandang, di mana anak-anaknya yang baru menetas berada. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, aku berlindung dari fitnah Dajjal, aku berlindung kepada-Mu dari fitnah kehidupan dan kematian, ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan dosa dan lilitan hutang). Maka seseorang bertanya kepada beliau, Alangkah seringnya anda memohon perlindungan diri dari lilitan hutang. Allahberfirman: Dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya (segala sesuatu). (an-Najm/53: 42) sumber: kemenag.go.id. Keterangan mengenai QS. Al-Qiyamah. Surat Al Qiyaamah terdiri atas 40 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat Al Qaari'ah. Dinamai Al Qiyaamah (hari kiamat) diambil dari perkataan Al Qiyaamah .